1.
Definisi
Analisis Fiture
Analisis fiture merupakan pendekatan lain yang
menjelaskan bagaimana kita menyarikan informasi dari stimulus yang kompleks. Sebuah
pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli yang
rumit disebut pendekatan analisis fitur
(feature analysis). Teori ini
mendukung pernyataan bahwa persepsi pola merupakan pemrosesan informasi tahap
lanjut (higher oder) yang didahului oleh langkah datangnya stimulus kompleks
yang diidentifikasi berdasarkan tampang-tampang sederhananya serta oleh pengidentifikasian
stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana.
Dengan demikian menurut pendekatan ini, sebelum kita
memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis
komponen-komponen informasi visual.
Dalam
sebuah level visual yang sederhana, sebuah kata dalam contoh berikut :
a) Contoh PANAH
Tidak serta-merta diubah menjadi
representasi definitif atau representasi visual dalam memori kita (misalnya,
“sebuah batang berujung tajam yang ditembakkan dari sebuah busur” atau “à”).
Tidak pula kata tersebut kita baca “panah”, atau kita persepsikan
huruf-per-huruf (P-A-N-A-H), namun kita mendeteksi dan menganalisis fitur-fitur
atau komponen-komponen dari masing-masing huruf. Huruf a dalam panah, sebagai
contoh, bisa dipecah menjadi dua garis diagonal (/ \), sebuah garis horisontal
( ), sebuah ujung bersudut (^), dan sebuah alas
yang terbuka (/ \), dan selanjutnya. Jika proses pengenalan
terjadi berdasarkan analisis fitur (terdapat bukti-bukti kuat untuk mendukung
gagasan ini), maka tahap-tahap paling awal dalam pemrosesan informasi
sesungguhnya jauh lebih kompleks dari pada yang sebelumnya kita perkirakan.
Persepsi
Pola Dan Gerakan Mata
Pendekatan langsung
yang dilakukan terhadap feature analysis adalah observasi terhadap gerakan dan
fiksasi mata. Riset mengenai hal ini mengasumsikan bahwa bila kita menatap pada
tampang (feature) tertentu pada pola dengan waktu yang lama, berarti kita sedang menyarikan atau memeras informasi yang
lebih banyak daripada tampang (feature) yang hanya dipandang sekilas. Riset
semacam ini telah dilakukan oleh Mackwoth (1965,1970) dan Yarbus (1967).
PANDEMONIUM
Pandemonium merupakan salah satu system atau metode
dalam rokognisi pola (pattern recognition)
yang menggunakan analisi tampang (feature
analysis). Sistem ini merupakan salah satu cara untuk menggambarkan
bagaimana terjadinya proses rekognisi (pengenalan kembali) atas pola-pola yang
diindera oleh manusia.
System ini mengimajinasikan adanya serangkaian hantu
(demon) yang berperan menganalisis pola-pola yang diindera. Masing – masing
demon memiliki tugas yang berbeda-beda.
JENIS
– JENIS DEMON DAN TUGASNYA
a) Image Demon
(ID)
Jenis
hantu yang pertama, memiliki tugas yang paling sederhana, yaitu mencatat
gambaran atau citra (image) sinyal
eksternal.
b) Feature Demon
(FD)
Jenis
hantu yang kedua, bertugas menganalisa. Masing-masing demon melihat ciri-ciri
khusus pada pola, yaitu adanya garis-garis tertentu (misalnya: sudut, garis
vertical, garis horizontal, kurva)
c) Cognitive Demon
(CD)
Jenis
hantu ketiga, yang bertugas mengamati respon- respon dari feature demon (FD),
bertanggungjawab mengenali pola. Setiap cognitive demon digunakan untuk
mengenali sutu pola ( misalnya : satu CD mengenali A ; satu CD mengenali B
dll). Bila suatu CD menemukan kecocokan tampang (feature) yang lain, maka teriakan- teriakan menjadi lebih keras.
d) Decision Demon
(DD)
Jenis
hantu yang keempat, yaitu bertugas mendengarkan hasil pandemonium dari
cognitive demon (CD), lalu decision demond (DD) memilih teriakan CD yang
berteriak paling keras sebagai pola yang paling besar kemungkinan terjadinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar