Minggu, 25 November 2012

Attention


A.    Pengertian Atensi
Menurut Solso, Maclin, & Maclin (2008) atensi adalah pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan gambling, terhadap sejumlah objek simultan atau kelompok pikiran. Pemusatan (facalization) kesadaran adalah initisari atensi. Atensi mengimplikasikan adanya pengabdian objek-objek lain agar kita sanggup menangani objek-objek tertentu secara efektif.   Ketika kita membicarakan “atensi” dari sudut pandang para psikolog kognitif masa kini, kita mengacu pada sebuah proses kognitif yang menyeleksi informasi penting dari dunia di sekeliling kita (melalui pancaindera), sehingga otak kita secara berlebihan dipenuhi oleh informasi yang tidak terbatas jumlahnya.  Selain itu juga disebutkan bahwa atensi adalah pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.
Era baru atensi diawali pada tahun 1953 oleh Donald Broadbent (dalam Solso. Maclin. & Maclin, 2008) seorang psikolog berkebangsaan inggris, yang menulis sebuah buku yang berpengaruh, perception and communication. Buku tersebut berisi gagasan bahwa atensi adalah hasil dari terbatasnya kapasitas system pemprosesan informasi. Gagasan pokok dalam teori Broadbent adalah bahwa dunia tersusun dari sensasi-sensasi dalam jumlah yang lebih jauh melebihi jumlah sensasi yang dapat diolah oleh kemampuan perceptual dan kognitif seseorang pengamat (manusia). Dengan demikian, agar dapat mengolah informasi sedemikian mambanjir, manusia secara selektif memilih hanya sejumlah sejumlah isyarat dan mengabaikan stimuli yang lain. Pengalaman kita sehari-hari mengajari kita bahwa kita memperhatikan sejumlah isyarat dari lingkungan kita lebih sering dari isyarat yang lain, dan isyarat yang kita perhatikan tersebut umumnya diproses lebih lanjut oleh system kognitif, sedangkan isyarat yang diabaikan tidak mengalami pemprosesan lebih lanjut.
Penelitian terhadap atensi mencakup lima aspek utama yaitu : kapasitas pemrosesan dan atensiselektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi, kesadaran, dan neurosains kognitif. Sejumlah besar gagasan kontemporer tentang atensi berpusat pada premis bahwa terdapat isyarat – isyarat tak terbatas di sekeliling kita, setiap saat. Kapasitas neurologis kita terlalu terbatas untuk mendeteksi jutaan stimulus eksternal, dan seandainya pun seluruh stimuli tersebut dapat terdeteksi, otak kita tidak akan sanggup memprosees jutaan stimuli tersebut, sebab kapasitas pemrosesan informasi punterbatas. Sistem sensorik manusia, sebagaimana jenis – jenis saluran komunikasi yang lain, berfungsi dengan baik apabila jumlah informasi yang diproses berada dalam rentang kemampuan sistem, sebaliknya sistem tidak bekerja dengan baik apabila mengalami kelebihan muatan (overloaded ). Donald Broadbent (dalam Solso. Maclin. & Maclin, 2008), psikolog asal Inggris mengemukakan gagasan bahwa atensi adalah hasil dariterbatasnya kapasitas sistem pemrosesan informasi. Gagasan pokok dalam teori ini adalah bahwadunia tersusun dari sensasi – sensasi dalam jumlah yang jauh melebihi jumlah sensasi yang dapatdiolah oleh kemampuan perseptual dan kognitif seorang pengamat (manusia).
Agar dapat mengolah informasi yang sedemikian membanjir, manusia secara selektif memilih hanyasejumlah isyarat dan mengabaikan stimuli yang lain. Pengalaman kita sehari-hari mengajari kita bahwa kita memperhatikan sejumlah isyarat dari lingkungan kita lebih sering dari isyarat yang lain, dan isyarat yang kita perhatikan tersebut umumnya lebih lanjut oleh system kognitif, sedangkan isyarat yang diabaikan tidak mengalami pemrosesan lebih lanjut. Mekanisme memusatkan diri pada stimuli tertentu dan mengabaikan stimuli yang lain. Lima isu terkait atensi adalah sebagai berikut :
a)      Kapasitas pemrosesan dan selektivitas
Dapat memperhatikan sejumlah stimulieksternal dari dunia eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruhstimuli yang ada.
b)      Kendali
Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.
c)      Pemrosesan otomatis
Sejumlah besar proses rutin yang telah menjadi prosesyang sangat familiar sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan dapatdilakukan secara otomatis.
d)     Neurosains kognitif 
Otak dan sistem saraf pusat (CNS “Central Nervous System”) adalah pendukung anatomis bagi atensi, sebagaimana kognisi.



e)      Kesadaran
Atensi membawa peristiwa – peristiwa kea lam kesadaran.Salah satu alasan kita dapat memperhatikan secara selektif adalah karena kemampuan kitauntuk memproses informasi dibatasi oleh kapasitas saluran (channel capac)

B.     Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Selektif 
Selektivitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran (channel capacity). Yakni ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi kemacetan (bottleneck ) pada suatu tahap pemrosesan infomasi, yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan neurologis. Kemacetan tersebut merupakan suatu keterbatasan, namun mungkin pula bersikap adaptif. Sistem kognitif membatasi jumlah stimuli untuk menghindari (overloading) . Atensi selektif (selective attention) dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ketengah.  Kemampuan kita untuk bereaksi terhadap sebuah sinyal, sebagian berhubungan dengan kejernihan  sinyal tersebut atau seberapa bersih sinyal dari informasi yang menggangu (signal-to-noiseratio). Para peneliti telah merancang sebuah paradigma eksperimental untuk mengukur interferensikognitif, yang dinamai tugas Stroop. Dinamakan Stroop dari nama John Stroop yang pertama kali melakukan metode ini pada tahun 1935. Dalam tugas Stroop, partisipan disajikan sebuah daftar nama – nama warna seperti merah, kuning, biru, dan hijau, yang harus disuarakan partisipan. Namun, warna huruf yang digunakan berbeda dengan nama warna yang tercantum. Tugas tersebutmenjadi tugas yang sulit karena warna huruf dan nama warna itu sendiri tidak kongruen sehinggamenimbulkan interferensi kognitif. Tugas ini berguna untuk menyelidiki ADHD (attention defict hyperactive disorder ).


C.    Model Atensi Selektif
Model atensi selektif digunakan untuk memusatkan pemprosesan informasi terhadap stimuli spesifik. Terdapat sejumlah model atensi selektif yakni model filter, model atenuasi, dan model atensi akhir.
1.      Model penyaringan Broadbent
Sebuah teori awal tentang atensi yang paling lengkap dikembangkan oleh Broadbent (1958). Teori yang disebut Model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan teori saluran tunggal yang menyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia. Broadbent memberikan argument bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui system saraf tertentu dibedakan berdasarkan (a) serabut saraf yang distimulasi, atau (b) jumlah implus saraf yang dihasilkan.
Contoh Atensi Selektif
Sekitar salah 500 tahun kemampuan yang mereka menyembunyikan sebuah adalah peti harta karun. Sebuah pesan direbutnya dari tangan bajak laut dan melewati hamparan pasir
 
 





saat kita membaca tulisan didalam kotak tersebut, dapatkah anda membaca dengan pesan yang diketik seperti ini dan seperti ini, beberapa isyarat mungkin membantu kita dalam membaca kalimat tersebut dengan isyarat huruf-huruf yang dicetak tebal lebih mudah dan menjadi fokus kita.
Broadbent dan rekan-rekannya telah berjasa mengembangkan konsep tentang memori. Kita semua menyimpan memori tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, misalnya pengetahuan tentang rekan, jadwal kegiatan-kegiatan mendatang, pengalaman masa lalu, ingatan tentang anggota keluarga, dan sebagainya. Meskipun demikian, dalam setiap waktu, kita hanya mampu mengingat sebagian kecil memori tersebut, sedangkan sebagaian besar memori tersimpan dilator belakang, menanti digunakan. Koneksi Broadbent antara persepsi selektif dengan memori memunculkan isu-isu teoritis dan isu-isu praktis yang penting, namun, yang lebih penting Broadbent mengingatkan kita bahwa persepsi selektif tidak hanya terbatas pada fenomena yang sempit.

FINAL SOFTSKILL ( SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI)


STUDI PEMANFAATAN WEB SITE E-LEARNING DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI, KINERJA DAN HASIL BELAJAR PADA GURU DAN SISWA SMK DI PROVINSI JAWA TENGAH
Irwan Christanto Edy
STIE “AUB” SURAKARTA

Add caption
Ringkasan Jurnal :
perkembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat akhir akhir ini, mendapat sambutan positif di masyarakat. Berbagai layanan masyarakat sudah menerapkan ICT (Information and Communication Technology). Dalam dunia bisnis di kenal dengan istilah e-business atau e-commerce, di dunia pemerintahan dikenal dengan istilah e-government dan bagi dunia pendidikan dikenal dengan istilah e-learning.
Tuntutan yang harus dilaksanakan oleh guru dan sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Masalah utama yang seringkali dihadapi oleh pihak sekolah dan guru adalah keterbatasan sumber daya, baik sumber daya fisik, sumber daya manusia maupun sumber belajar berbasis teknologi komputer dan telekomunikasi.
Studi ini untuk melihat pemanfaatan Web Site Elearning sebagai media pembelajaran mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi belajar baik guru maupun siswa,  pemanfaatan Web Site ELearning sebagai media pembelajaran mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja individu baik guru maupun siswa,  serta untuk melihat motivasi belajar  yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar baik guru maupun siswa.
Untuk mengukur keberhasilan suatu sistem secara ekstrim sulit dilakukan. Dalam konteks penelitian sistem informasi pemakai akan diberikan evaluasi berdasarkan pada suatu kenyataan apakah suatu sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. 

Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dengan cara mail survey. Pertanyaan kuesioner merupakan pertanyaan yang tertutup terdiri dari 4 bagian antara lain Penerapan E-Learningt, Motivasi Belajar, Kinerja Individu dan Hasil Belajar. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan dengan jawaban seberapa jauh responden setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner Variabel Penerapan E-learning menggunakan 6 tem pertanyaan dan dinilai menggunakan skala 5 poin untuk masing-masing pernyataan. Setiap responden diminta untuk menyatakan tingkat penerapan E-Learning mereka dengan menjawab satu pertanyaan skala Likert 5 point, dimulai dengan angka 1 (Sangat Tidak Setuju), angka 2 (Tidak Setuju), angka 3 (Sedang/Netral), angka 4 (Setuju) dan angka 5 (Sangat Setuju). Skor yang rendah menunjukkan ren-dahnya tingkat pemanfaatan Web Site E-Learning dan begitu pula sebaliknya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian dikumpulkan dengan mengirimkan sebanyak 500 kuesioner melalui jasa pos dan diantar langsung kepada SMK yang terdaftar di Propinsi Jawa Tengah. Jumlah kuesioner yang dikirim melalui pos sebanyak 500 kuesioner sedangkan kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden sejumlah 100 kuesioner. Pengiriman kuesioner mulai dilakukan pada tanggal 14 Juni 2010 dengan batas pengembalian kuesioner dilakukan pada tanggal 30 Juni 2010 dengan batas pengembalian kuesioner paling lambat tanggal ( cutoff) 14 Juli 2010. sebanyak 80 responden mengirimkan balasan sebelum tangga l 14 Juli 2010 Pengiriman kuesioner dilakukan melalui pos dan pengiriman langsung pada satu tahap dimulai pada tanggal 14 juni 2010. tanggal cutoff keterlambatan kuesioner ditetapkan pada tanggal 14 Juli 2010. kuesioner yang kembali sebelum tanggal 14 Juli 2010 sebanyak 80 kuesioner, terdiri dari 45 kuesioner melalui pos dan 35 kuesioner diambil langsung, sedangkan kuesioner yang kembali sesudah tanggal 14 Juli 2010 (cutoff), ada 50 kuesioner, namun dari 130 kuesioner yang kembali tersebut, 25 kuesioner dia ntaranya tidak dapat digunakan karena kuesioner tidak diisi secara lengkap dan sudah pindah
alamat, sehingga total jawaban kuesioner yang dapat digunakan adalah sebanyak 105 kuesioner reliability yang dihasilkan dengan perhitungan PLS untuk masing-masing konstruk. Nilai suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai composite reliability > 0,70 (West et al. 1979 dalam Ghozali, 2006). Semua konstruk atau variabel penelitian ini sudah menunjukkan sebagai
pengukuran yang fit, hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur masing-masing konstruk adalah reliabel. Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk sangat baik di atas 0,80.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan evaluasi measurement (outer) model yaitu dengan menggunakan convergent validity (besarnya loading factor untuk masing-masing konstruk). Convergent validity dari measurement model dengan indikator refleksif dapat dilihat dari korelasi antara masing –masing skor indikator dengan skor konstruknya (Ghozali, 2006). Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingi n diukur. Namun menurut Chin (1996) dalam Ghozali (2006) untuk penelitian pada tahap awal pengembangan model, skala pengukuran nilai 0,5 sampai dengan 0,6 dianggap masih dapat ditolelir. Hasil dari uji validitas dengan menggunakan nilai convergent validity yang dihitung dengan PLS. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk Hasil Balajar (HB) mempunyai kisaran 0,693 sampai 0,820 hal ini menunjukkan masing-masing indicator pertanyaan adalah valid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 21 (87,5%) dari seluruh pertanyaan (24 indikator) dalam kuesioner yang digunakan untuk mengukur variable Tingkat Pemanfaatan E-learning(TPE), Motivasi Belajar (MB), Kinerja Individu (KI) dan Hasil Belajar (HB) mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diatur oleh kuesioner tersebut.



BEHAVIORISME, KOGNIVISME, DAN KONSTRUKTIVISME :
Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Iskandar Wiryokusumo

Ringkasan jurnal :
Dalam beberapa dekade terakhir telah banyak perubahan teknologi hardware dan software yang dapat kita manfaatkan dalam pendidikan. Televisi semakin baik kualitasnya dan telah siap melakukan lompatan besar dengan diperkenalkannya HDTV. Komputer telah meningkat kemampuan dan kecepatannya lebih pesat dari teknologi lain dalam sejarah. Software yang membuat peralatan-peralatan tersebut menjadi berguna juga telah mengalami perbaikan, graphical user interface (GUI) seperti Windows, peralatan seperti ediring video nonlinier digital, dan berbagai pengembangan multimedia secara radikal telah mengubah apa yang memungkinkan.
Berbagai perkembangan lain yang terjadi akhir-akhir ini menimbulkan berbagai implikasi penting abagi teknologi pengajaran. Selama waktu tertentu, pengertian kita tentang bagaimana manusia belajar, dan dengan demikian bagaimana mereka harus belajar, telah berubah. Dari Behaviorisme hingga ilmu kognitif sampai penekanan pada konstruktivisme masa sekarang. Sekarang kita memandang belajar dan mengajar sangat berbeda dari cara-cara kita memandangnya beberapa tahun lalu. Pada tingkat tertentu, apa yang kita ketahui dan yakini tentang pembelajaran manusia akan menentukan bagaimana kita menggunakan berbagai teknologi pengajaran.



kesimpulan jurnal :
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengatasi beraneka ragam persoalan dalam pembelajaran yang semakin rumit, maka pembelajaran behavioristik yang selama ini telah digunakan selama bertahuntahun, tampaknya tidak mampu lagi menjawab semua persoalan pembelajaran, maka perlu mencari alternatif pembelajaran yang lebih mampu mengatasi semua persoalan pembelajaran yang ada, salah satunya adalah pendekatan konstruktivistik yang telah diuraikan. Pendekatan ini menghargai perbedaan, menghargai keunikan individu, menghargai keberagaman dalam menerima dan memaknai pengetahuan. Dari berbagai eksperimen behavioris yang menggunakan aneka hewan, kemudian diterapkan terhadap proses belajar manusia melahirkan persoalan besar, dimana manusia lebih kompleks. Kadang-kadang mereka berperilaku sebagaimana diperkirakan, kadang tidak. Misalnya, orang menolak berbagai dorongan perilaku dengan cara tertentu karen alasan filosofis. Bahkan ketika disiksa secara fisik, orang menolak bekerja sama dengan orang yang mereka anggap musuh. Proses berpikir yang kompleks, seperti yang terlihat dalam bahasa, menimbulkan berbagai persoalan khusus bagi model behavioristik.
Teori kognitif sekalipun satu sisi dapat menjawab persoalan yang tak terpecahkan oleh teori behavioristik, terutama proses mental yang terjadi ketika peristiwa belajar, tetapi tetap menimbulkan persoalan lain yaitu apakah pembelajaran dan kognisi dapat dipahami secara ilmiah. Terhadap persoalan ini, teori konstruktivisme memberikan jawaban bahwa belajar adalah peristiwa khas, wajar, dan subjektif, di mana individu menyusun dan membangun sendiri pengertiannya. Suatu hal yang asasi dalam arti kembali kepada harkat individu manusia sebagai sosoknya yang utuh dan berpotensi dalam memaknai dunia.



RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PAKAR
UNTUK MENENTUKAN JENIS GANGGUAN
PERKEMBANGAN PADA ANAK
Feri Fahrur Rohman, Ami Fauzijah

Ringkasan jurnal :
sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Komputer yang pada awalnya hanya digunakan oleh para akademisi dan militer, kini telah digunakan secara luas di berbagai bidang, misalnya: Bisnis, Kesehatan, Pendidikan, Psikologi, Permainan dan sebagainya. Hal ini mendorong para ahli untuk semakin mengembangkan komputer agar dapat membantu kerja manusia atau bahkan melebihi kemampuan kerja manusia. Kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan bagian dari ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Sistem cerdas (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan teknik-teknik artificial intelligence. Salah satu yang dipelajari pada kecerdasan buatan adalah teori kepastian dengan menggunakan teori Certainty Factor (CF) (Kusumadewi, 2003). Sistem Pakar (Expert System) adalah program berbasis pengetahuan yang menyediakan solusi-solusi dengan kualitas pakar untuk problema-problema dalam suatu domain yang spesifik. Sistem pakar merupakan program computer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Implementasi sistem pakar banyak digunakan dalam bidang psikologi karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar pada bidang tertentu dalam program komputer sehingga keputusan dapat diberikan dalam melakukan penalaran secara cerdas. Irisan antara psikologi dan sistem pakar melahirkan sebuah area yang dikenal dengan nama cognition & psycolinguistics. Umumnya pengetahuannya diambil dari seorang manusia yang pakar dalam domain tersebut dan sistem pakar itu berusaha meniru metodelogi dan kinerjanya (performance).
Salah satu implementasi yang diterapkan sistem pakar dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Anak-anak merupakan fase yang paling rentan dan sangat perlu diperhatikan satu demi satu tahapan perkembangannya. Contoh satu bentuk gangguan perkembangan adalah conduct disorder. Conduct disorder adalah satu kelainan perilaku dimana anak sulit membedakan benar salah atau baik dan buruk, sehingga anak merasa tidak bersalah walaupun sudah berbuat kesalahan. Dampaknya akan sangat buruk bagi perkembangan sosial anak tersebut. Oleh karena itu dibangun suatu sistem pakar yang dapat membantu para pakar/ psikolog anak untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF).

Tujuan penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosis gangguan pada perkembangan anak yang mampu membuat suatu keputusan yang sama, sebaik dan seperti pakar.

Metode Inferensi
Komponen ini mengandung mekanisme pola pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah. Metode inferensi adalah program komputer yang memberikan metedologi untuk penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace, dan untuk memformulasikan kesimpulan (Turban, 1995). Kebanyakan sistem pakar berbasis aturan menggunakan strategi inferensi yang dinamakan modus ponen. Berdasarkan strategi ini, jika terdapat aturan “IF A THEN B”, dan jika diketahui bahwa A benar, maka dapat disimpulkan bahwa B juga benar. Strategi inferensi modus ponen dinyatakan dalam bentuk:
[A And (A→B)] →B (1) dengan A dan A→B adalah proposisi-proposisi dalam basis pengetahuan.
Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam sistem pakar berbasis aturan, yaitu pelacakan ke belakang (Backward chaining) dan pelacakan ke depan (forward chaining).


Gangguan Perkembangan pada Anak
Manusia dalam hidupnya selalu mengalami perkembangan. Dari mulai dilahirkan sebagai seorang bayi, berkembang menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya meninggal dunia. Dalam perjalanannya tersebut tidak sedikit yang mengalami berbagai gangguan dan permasalahan yang kemudian disebut sebagai hambatan atau gangguan perkembangan. Sebuah perkembangan yang terjadi pada diri manusia akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, karenannya perlu ada perhatian khusus dalam masalah ini sebagai tindakan preventif, sehingga harapannya perkembangan yang akan berlangsung selanjutnya dalam kondisi yang positif. Anak-anak merupakan fase yang paling rentan dan sangat perlu diperhatikan satu demi satu tahapan perkembangan yang dialaminya.

Jenis Gangguan perkembangan anak
a. Keterbelakangan mental (Mental Retardetion)
Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berprililaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 10 tahun.
b. Autis
Autisme bukanlah penyakit menular, namun suatu gangguan perkembangan yang luas yang ada pada anak. Seorang ahli mengatakan autisme adalah dasar dari manusia yang berkepribadian ganda (Sizhophren). Autis pada anak berbeda-beda tarafnya dari yang ringan sampai yang berat.
Autis dapat terjadi pada siapa saja tanpa membedakan perbedaan status sosial maupun ekonomi. Dengan perbandingan 4:1 pada anak laki-laki. IQ pada anak autis bisa dari yang rendah sampai IQ yang tinggi (Gunawan, 2001).

Pengujian Satu Gejala Satu jenis gangguan
Pada pengujian satu gejala untuk satu jenis gangguan ini, percobaan akan menggunakan gejala kontak mata, ekspresi muka, dan gerak-gerik tubuh kurang hidup dengan kemungkinan mengalami jenis gangguan perkembangan Autisme Aktif dengan nilai MB = 0.9 dan MD = 0.1.
Berdasarkan data diatas, apabila menggunakan perhitungan manual maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut: CF [Autisme Aktif, Kontak mata dan ekspresi muka kurang hidup]=0.9 - 0.1 = 0.8
Berdasarkan perhitungan manual tersebut nilai CF (Faktor Kepastian) yang dihasilkan dapat ditarik kesimpulan bahwa kemungkinan pasien tersebut mengalami gangguan perkembangan Autisme Aktif dengan nilai CF = 0.8 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan sistem menghasilkan kemungkinan pasien mengalami jenis gangguan perkembangan yaitu Autisme Aktif dan dapat melihat secara detail definisi, penyebab, dan pengobatannya. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dengan melakukan perhitungan baik manual maupun sistem dapat dibandingkan bahwa hasil akhir atau output dari sistem yang berupa kemungkinan gangguan sama dengan hasil yang dilakukan oleh perhitungan manual dengan nilai CF sebesar 0.8 dengan kemungkinan jenis gangguan Autisme Aktif.

KESIMPULAN
Aplikasi sistem pakar yang dibuat ini mampu menganalisis jenis gangguan perkembangan yang dialamai pasien berdasarkan gejala-gejala yang dimasukkan oleh user. Aplikasi mampu menyimpan representasi pengetahuan pakar berdasarkan nilai kebenaran MB dan nilai ketidakbenaran MD. Aplikasi system pakar ini sudah dapat menjelaskan definisi jenis gangguan perkembangan,
penyebab, dan pengobatannya. Kekurangan dari aplikasi ini adalah belum adanya pengelompokan gejalagejala sejenis yang hanya boleh dipilih satu dari kelompok gejala tersebut. Akibatnya, jika user kurang teliti dalam memilih gejala, maka sistem akan memberikan kesimpulan yang kurang benar.

PENGETAHUAN KOMPUTER DAN EFIKASI DIRI PENGGUNAAN
KOMPUTER PADA MAHASISWA
Fitrianingsih
Quroyzhin Kartika Rini

Ringkasan Jurnal :
Sejak perkembangan teknologi komputer dan informasi yang sangat pesat, penggunaan komputer dalam pengerjaan tugas adalah hal biasa ditemui, khususnya pada mahasiswa. Namun demikian, tidak semua mahasiswa memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sama dalam mengembangkan keyakinan pengerjaan tugas tersebut.

TUJUAN :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pengetahuan komputer terhadap efikasi diri penggunaan komputer pada mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 86 mahasiswa komputer yang terdiri dari 56 mahasiswa laki-laki dan 30 mahasiswa perempuan, usia 19 sampai 24 tahun dan indeks kumulatif prestasi mahasiswa mulai dari 2.1 sampai di atas 3.5.

HASIL :
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat kontribusi antara pengetahuan aka komputer dengan efikasi diri penggunaan komputer sebesar 42.2%. Hal ini berarti
pengetahuan akan komputer memiliki peran yang penting bagi efikasi diri penggunaan komputer, sehingga penting bagi mahasiswa untuk mempelajari komputer sejak mulai menjadi mahasiswa.

KARAKTERISTIK IMPEDANSI PENTANAHAN PADA GEDUNG PSIKOLOGI UMS
Agus Supardi, Sriyono

Ringkasan Jurnal :
Sistem pentanahan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem tenaga listrik, pentanahan system penangkal petir dan pentanahan untuk peralatan khususnya telekomunikasi perlu mendapatkan perhatian serius, karena pada dasarnya pentanahan tersebut merupakan dasar perhitungan suatu proteksi. Sistem pentanahan merupakan dasar perhitungan suatu system proteksi. Tidak jarang baik orang awam maupun teknisi bahkan seorang insinyur listrik, masih kurang tepat dalam mengintepretasikan impedansi pentanahan yang merupakan besaran yang sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem pentanahan tersebut.
Dengan menggunakan analisis FFT (fast fourier transform) pada arus yang mengalir pada system pentanahan dapat diketahui spektrum frekuensinya. Menurut Anggoro (2002) perilaku impedansi system pentahanan sangat bergantung pada frekuensi (dasar dan harmonisanya) dari arus yang mengalir ke system pentanahan tersebut. Permasalahan yang penting dalam suatu pentanahan baik untuk penangkal petir atau pentanahan netral sistem tenaga adalah seberapa besar impedansi system pentanahan tersebut. Besar impedansi pentanahan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal maupun faktor ekternal. Yang dimaksud dengan faktor internal meliputi dimensi konduktor pentanahan (diameter dan panjangnya), resistivitas relatif tanah, dan konfigurasi sistem pentanahan.
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal meliputi bentuk arus (pulsa, sinusoidal, searah) dan frekuensi arus yang mengalir. Hambatan jenis tanah yang akan menentukan impedansi pentanahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi temperatur, gradien tegangan, besar arus, kandungan air dan bahan kimia, kelembaban serta cuaca. Untuk mengetahui harga hambatan jenis tanah yang akurat diperlukan pengukuran secara langsung pada lokasi, karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan, untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah yang tidak sama (Hutauruk, 1991). Biasanya, desain pentanahan dilakukan dengan mencari titik temu antara keamanan dan meminimalkan biayanya. Pada frekuensi rendah, solusi terbaiknya didasarkan pada sistem pentanahan grid dengan jarak antar elektrode yang tak sama. Penelitian tentang karakteristik sistem pentanahan grid dianalisis dan dibandingkan dengan grid yang biasa (Otero et al, 2002). Hasilnya menunjukkan bahwa unjuk kerja system pentanahan sangat dipengaruhi oleh frekuensi dari arus yang diinjeksikan. Frekuensi tinggi sangat penting dipertimbangkan. Biasanya, desain pentanahan grid dilakukan dengan memfokuskan pada frekuensi rendah.

Pengukuran Impedansi Pentanahan
Pengukuran impedansi pentanahan didasarkan pada tegangan jatuh yang terjadi di permukaan tanah akibat adanya arus yang diinjeksikan melalui electrode pentanahan. Metode pengukuran yang digunakan menggunakan metode 3 titik yaitu titik electrode pentanahan, titik arus balik dan titik potensial permukaan tanah seperti ditunjukkan pada gambar 2. Pada penelitian ini akan digunakan 3 batang elektrode pentanahan dengan diameter 10 mm yang ditanam sedalam 2m dan 3m di sekitar titik pentanahan sistem penangkal petir Gedung Psikologi UMS. Pengukuran dilakukan pada berbagai frekuensi arus injeksi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengukuran impedansi pentanahan dengan sumber tegangan frekuensi variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap nilai impedansi pentanahan. Pengukuran dilakukan mulai dari frekuensi 100 Hz sampai 100 kHz. Elektrode pentanahan ditanam sedalam 2m dan 2,5m. Jarak antara elektrode pentanahan (E) dan elektrode arus balik (C) sejauh 15 m. Sedangkan jarak antara electrode pentanahan (E) dan elektrode potensial (P) sejauh 8m. Hasil pengukuran dan perhitungan impedansi pentanahannya . Untuk mengetahui pengaruh frekuensi arus injeksi terhadap besarnya impedansi pentanahan maka hasil.

Kesimpulan
1. Nilai impedansi pentanahan sangat ditentukan oleh frekuensi arus mengalir padanya. Pada frekuensi rendah impedansi pentanahannya cenderung rendah tetapi pada frekuensi tinggi impedansi pentanahannya cenderung lebih tinggi.
2. Saat frekuensi arus mencapai frekuensi resonansi maka impedansi pentanahannya akan bernilai paling kecil.

Referensi :
1.     FF Rohman, A Fauzijah - Media Informatika, 2009 - journal.uii.ac.id
2.     A Supardi, S Sriyono Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 2004 - eprints.ums.ac.id
3.     C Edy, I Irwan - PROBANK, 2011 - e-journal.stie-aub.ac.id
4.     F Fitrianingsih, QK Rini - Jurnal Ilmiah Psikologi, 2012 - ejournal.gunadarma.ac.id
5.       I Wiryokusumo - Prospektus Jurnal Ilmiah Unirow Tuban, 2012 - ejournal.unirow.ac.id



Sabtu, 03 November 2012

DESAIN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN ANOREXIA


 SISTEM PAKAR dan ANOREXIA
Pada kali ini, kita akan membahas tentang SISTEM PAKAR dan contoh desain dari SISTEM PAKAR  tersebut. Sebelum nya akan dibahas sedikit mengenai penjelasan apa itu system pakar.
Sistem pakar atau Expert System biasa disebut dengan “knowledge- based system” adalah program penasehat berbasis komputer yang mencoba meniru proses berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar dalam menyelesaikan masalah-masalah spesifik.
Sistem ini bekerja dengan menggunakan pengetahuan (knowledge) dan metode analisis yang telah didefinisikan terlebih dahulu oleh pakar yang sesuai dengan bidang keahliannya. Sistem ini disebut sistem pakar karena fungsi dan perannya sama seperti seorang ahli yang harus memiliki pengetahuan, pengalaman dalam memecahkan suatu persoalan. Sistem biasanya berfungsi sebagai kunci penting yang akan membantu suatu sistem pendukung keputusan atau sistem pendukung eksekutif.
Sistem pakar terdiri dari dua komponen utama yaitu: basis pengetahuan (knowledge base) dan alat pengambilan kesimpulan ( inference engine). Biasa pengetahuan didapat dari akumulasi pengetahuan pakar pada bidang tertentu.

ANOREXIA
Pengertian anoreksia nervosa menurut DSM-IV adalah “keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut.”
Anoreksia nervosa terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005)
Pada penderita Anorexia kadar serum leptin dalam anoreksia nervosa yang tidak dirawat adalah rendah (Eckert et al, 1998). Pada anoreksia nervosa juga dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan deksametason untuk mensupresinya. Kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan triiodotironin adalah rendah (Kiyohara et al, 1987). Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth factor 1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun. Pengurangan densitas tulang diobservasi pada pasien dengan anoreksia nervosa meningkatkan risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan sterois gonad dan peningkatan kortisol dan (Karlsson et al, 2000).
Pada pasien dengan tipe tertentu anoreksia nervosa, sering dilihat kadar serotonin total, yang menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat menyebabkan perbuatan kompulsif, atau mungkin menginhibisi pusat selera (Tecott, 1995).

FAKTOR PENYEBAB ANOREXIA
a.       Faktor Biologis
Opiat endogen mungkin berperan terhadap penyangkalan rasa lapar pada pasien anorexia nervosa. Penelitian pendahuluan menunjukan penambahan berat badan yang dramatic pada beberapa pasien yang diberikan antagonis opiate. Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimiawi, beberapa diantaranya juga ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason.
b.      Faktor sosial
Pasien anorexia nervosa menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah spesifik pada anorexia nervosa. Beberapa bukti menyatakan bahwa pasien anorexia nervosa memiliki hubungan yang erat tetapi penuh rintangan dengan orang tuanya dan dengan penyakitnya, cen derung menarik perhatian dari hubungan perkawinan yang tegang didalam rumah. Pasien dengan anorexia nervosa kemungkinan memiliki riwayat keluarga depresi, ketergantungan alhkohol, atau suatu gangguan makan.

PENANGANAN GANGGUAN MAKAN
Perawatan rumah sakit yang kadang dijalani dengan terpaksa, seringkali diperlukan untuk menangani pasien anoreksia agar asupan makanan pasien dapat ditingkatkan secara bertahap dan dipantau dengan teliti. Pada anoreksia, perlu untuk diberikan intervensi biologis dan psikologis.
A.    Penanganan biologis
Karena anoreksia nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani dengan berbagai antidepresan. Fluoksetin lebih memberikan hasil dibandingkan dengan plasebo untuk mengurangi makan berlebihan dan muntah, juga mengurangi depresi dan sikap yang menyimpang terhadap makanan dan makan. Sayanganya, hal itu tidak terlalu berhasil. Hanya memulihkan berat badan tanpa mengurangi gejala-gejala anoreksia.
B.     Penanganan psikologi anoreksia nervosa
Terapi bagi anoreksia secara umum diyakini sebagai suatu proses dua tahap. Tahap pertama, adalah tujuan jangka pendek yang membantu pasien menambah berat badan untuk mencegah komplikasi medis dan kemungkinan kematian. Program operant conditioning cukup berhasil untuk menambah berat badan dalam jangka pendek. Sedangkan tujuan jangka panjang memiliki dampak yang kurang bisa berhasil secara reliable dalam penanganan berat badan.
C.    Penanganan Medis
Dalam mengobati atau memberikan terapi pada kasus gangguan pola makan khususnya bulimia, dokter terkadang menggunakan obat antidepresi. Masih belum diketahui secara pasti mengapa obat tersebut bisa bermanfaat pada kasus-kasus tersebut. Namun kandungan zat fluoxetine pada obat tersebut ternyata bisa mengatur kadar serotonin dalam otak yang berfungsi mengatur suasana hati. ''Obat tersebut mengurangi tingkah laku impulsif dan mengurangi desakan untuk makan secara tak terkontrol (pada kasus bulimia),''

http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2009/06/mengenal-anoreksia-dan-bulimia.html
Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, Ann M. 2000. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Permata.