Senin, 28 November 2011

Empat Pola Relasi Orang Tua dan Anak

Hasil perhitungan Analisis faktor terhadap teori FIRO ditemukan empat tipe Pola Relasi Orang Tua – Anak. Seperti apa ciri empat pola tersebut? Simak berikut ini:
a. Equal Relationship 
Dalam Equal Relationship, orang tua memperlakukan anak bukan sebagai individu yang kedudukannya lebih rendah melainkan sebagai individu yang setara. Dengan demikian, seorang anak mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melakukan evaluasi terhadap segala perilakunya, termasuk dalam hal mengendalikan emosi. Di sini anak belajar dari pengalaman berinteraksi dengan orang tuanya bahwa selama ini ia diberi kesempatan untuk bersaing ataupun bekerjasama dengan orang tuanya pada situasi tertentu sehingga ia akan belajar mengenali kelebihan dan kekurangannya sekaligus belajar untuk mengendalikan emosinya. Melalui proses belajar dari pengalaman sendiri, tanpa terlalu didominasi maupun terlalu didukung, maka seorang anak akan menjadi lebih matang secara emosional. 
 b. Supportive Parent 
Sedangkan pada pola hubungan interpersonal Supportive Parent, orang tua selalu memberikan dukungan dan perhatian pada anak. Dengan pola hubungan interpersonal yang demikian,seorang anak akan memiliki kedekatan secara emosional dengan orang tuanya. Anak tersebut memiliki peluang untuk mampu mengenali dan mengolah emosi dengan baik. Namun kelemahan pola interaksi ini adalah anak tersebut akan kurang memiliki kompetensi dalam hal emosinya karena selama ini dalam menghadapi masa-masa sulit selalu ada orang tua yang mendampinginya. Dalam pola hubungan interpersonal Supportive Parent, anak selalu mendapat dukungan dari orang tua sehingga mereka akan lebih jarang mengalami reaksi emosi negatif. 
c. Dominant Parent
Sedangkan dalam pola hubungan interpersonal Dominant Parent, seorang anak berada dalam kendali orang tuanya. Dengan demikian anak akan merasa dalam keadaan “aman-aman” saja. Kelemahannya adalah setiap keputusan yang diambil harus mendapat persetujuan dari orang tua dan anak tidak diberi kesempatan untuk belajar memahami danmengolah emosi berdasarkan pengalamannya sendiri sehingga anak tidak belajar bagaimana menerima resiko dan bertanggung jawab atas segala tindakannya. 
Dalam pola hubungan interpersonal Dominant Parent, segala sesuatunya sudah dikendalikan oleh orang tua sehingga anak kurang mendapat pemahaman tentang mana perilaku yang baik atau buruk. 
d. Distant Relationship 
Distant Relationship adalah pola hubungan interpersonal dimana ada jarak antara anak dan orang tua karena tidak ada kepercayaan antara anak dengan orang tua. Selain itu, anak merasa bahwa orang tua cenderung memaksakan kehendaknya dan harus dihiindari. Dengan adanya ketidaknyamanan secara emosi ini, akan membuat seorang anak lebih sulit untuk mengenali dan mengolah emosinya dengan baik. Pengalaman yang demikian juga akan membuat seorang anak sulit untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain.

Beberapa Teori Kelekatan Orang Tua dan Anak

Berdasarkan teori psikoanalisa Freud (Durkin 1995, Hetherington dan Parke,1999), manusia berkembang melewati beberapa fase yang dikenal dengan fase-fase psikoseksual. Salah satu fasenya adalah fase oral, pada fase ini sumber pengalaman anak dipusatkan pada pengalaman oral yang juga berfungsi sebagai sumber kenikmatan. Secara natural bayi mendapatkan kenikmatan tersebut dari ibu disaat bayi menghisap susu dari payudara atau mendapatkan stimulasi oral dari ibu. Proses ini menjadi sarana penyimpanan energi libido bayi dan ibu selanjutnya menjadi objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan bayi dimulai dengan kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkannya dengan kelekatan pada ibu. Penekanannya disini ditujukan pada kebutuhan dan perasaan yang difokuskan pada interaksi ibu dan anak
Selanjutnya Erickson (Durkin, 1995) berusaha menjelaskannya melalui fase terbentuknya kepercayaan dasar (basic trust). Ibu dalam hal ini digambarkan sebagai figur sentral yang dapat membantu bayi mencapai kepercayaan dasar tersebut. Hal tersebut dikarenakan ibu berperan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bayi, menjadi sumber bergantung pemenuhan kebutuhan nutrisi serta sumber kenyamanan. Pengalaman oral dianggap Erickson sebagai prototip proses memberi dan menerima (giving and taking).
a. Teori Belajar
Kelekatan antara ibu dan anak dimulai saat ibu menyusui bayi sebagai proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar. Susu yang diberikan ibu menjadi primary reinforcer dan ibu menjadi secondary reinforcer . Kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi menjadi dasar terbentuknya kelekatan. Teori ini juga beranggapan bahwa stimulasi yang diberikan ibu pada bayi, baik itu visual, auditori dan taktil dapat menjadi sumber pembentukan kelekatan (Gewirtz dalam Hetherington dan Parke, 1999).
b. Teori Perkembangan Kognitif
Kelekatan baru dapat terbentuk apabila bayi sudah mampu membedakan antara ibunya dengan orang asing serta dapat memahami bahwa seseorang itu tetap ada walaupun tidak dapat dilihat oleh anak. hal ini merupakan cerminan konsep permanensi objek yang dikemukakan Piaget (Hetherington dan Parke, 1999). Saat anak bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti. Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan senyuman, pandangan serta kata-kata. Anak mulai dapat memahami bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak tidak merasa telalu sedih dengan perpisahan. Orang tua dapat mengurangi situasi distress saat perpisahan dengan memberikan penjelasan pada anak.
c. Teori Etologi
Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi juga menggunakan istilah “Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992).


Teori Kedekatan

 Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney dan Dearing, 2002).
  Bowlby (dalam Haditono dkk,1994) menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (dalam Hetherington dan Parke,2001) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut ( Durkin, 1995).
Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat disebut kelekatan. Adapun ciri afektif yang menunjukkan kelekatan adalah: hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak, bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan dengan figure lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth dalam Adiyanti, 1985).
  
Menurut Maccoby (dalam Ervika, 2000) seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang
b. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat
c. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali
d. Orientasinya tetap pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi. Anak memperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian figur lekatnya
Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan (dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu (Faw dalam Ervika, 2000). Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. 

Minggu, 20 November 2011

MANUSIA TERKADANG BILANG TIDAK !!!


well . . . .  
Saat kita merasa didalam titik dimana kita sudah merasa memiliki rasa ketidak mauan dan kemampuan saat itu manusia mengatakan TIDAK !!!
Aku TIDAK bisa,
Aku TIDAK sanggup,
Aku TIDAK kuat,
Mengapa semua orang dengan mudah mengatakan TIDAK. Kata tidak sendiri buat saya adalah harga mati dimana sudah dalam garis akhir dan titik rawan yang sudah tidak mungkin di jangkau lagi. Saat manusia mengatakan TIDAK dalam hidup nya saat itu adalah diri nya sendiri yang mengantarkan jiwa nya yang sebenar nya mampu untuk mati dan selesai (game over).
Manusia bukan tidak mampu menghadapi namun,rasa putus asa lah yang membuat nya mengatakan tidak pada diri nya.dan akhirnya kita
  • Sedih
  • Putus asa
  • Takut mencoba
  • Trauma
  • Marah
  • Benci
  • Dendam
  • Menangis
Hal ini sering kali kita hindari,tanpa kita sadari hidup memang selalu ada dua sisi. Tidak akan pernah berubah jadi satu sisi. Ada senang ada sedih di sisi lain nya. Ada mati dan ada hidup di sisi lain nya begitu pula ada kegagalan juga ada keberhasilan,maka nya jangan pernah takut melewati semua nya karena tanpa kita sadari semua itu membuat kita semakin kuat dan tangguh menghadapi segala masalah di dunia ini. Pengalaman buruk bukan untuk diingat keburukan nya juga bukan untuk di hapus dan di hilangkan kenangan nya. Pengalaman buruk di simpan dan di jadikan penyemangat untuk berbenah diri,tutuplah dan simpan dalam rak paling bawah dalam brain saat kita kembali untuk naik jadikan semua motivasi saat berusaha bangkit dan sampai pada akhir nya kita di haruskan untuk kembali pada rak bawah dan saat itu kita akan lebih bijak melihat nya dan meyikapi nya dan saat itu kita akan lebih mudah membuka kenangan itu tanpa ada rasa yang terulang lagi. Berbeda saat kita menaruh pengalaman itu di bagian atas dan selalu betarung dengan perasaan dan sulit mengendalikan semua nya saat kita terpaksa harus membuka kenangan itu,terasa sangat berat dan sulit lagi.(ketidak kuatan konsep diri terjadi disini)
Menurut saya, hidup yang kita jalanin bila kita lihat dalam kurva yang sering kita pelajari di Matematika,Statistika. kita menemukan kurva dan ada sumbu X dan sumbu Y yang jika kedua saling bertemu dalam satu titik akan mencapai garis yang maksimal dan saling menghubungkan.
Begitu pula dengan manusia dalam kehidupan nya. Sumbu X yang sering kita sebut dengan TAKDIR dan sumbu Y yang kita sebut dengan usaha mau dan Tidak mau atau sebalik nya.
Bila kita lihat dan coba unutk analisis hal ini maka saya menyimpulkan :
Saat kita berjalan dengan garis sendiri dalam poisis X yang biasa kita sebut dengan takdir.kita akan selalu terasumsi dalam benak segala Sesuatu yang terjadi pada diri kita adalah Takdir. Kita yang tidak mampu mengubah dan membiarkan hal itu tetap berlarut dalam diri kita adalah kita yang selalu berada pada jalan X selalu pada takdir.sebagai contoh : “saya tidak bisa melakukan hal itu,karena memang sudah sifat saya seperti ini “
Wahh !!!aneh sekali jika kita lihat dan analisis dengan seksama,segala sesuatu ada dalam Brain kita dan semakin kita meyakini hal itu,tanpa kita sadari kitalah sendiri yang membentuk lebel pada diri kita. Dan tanpa kita sadari itulah yang mengantarkan diri kita pada KEGAGALAN !!!!
Sebalik nya, kita yang selalu berjalan pada sumbu Y yang meyakini kita bisa karena ada “sesuatu” yang mendorong dan membantu kita tak akan mungkin lama bertahan dan akan selalu bertahan pada kegagalan yang tidak percaya bahwa kita bisa berubah. karena kita mengubah takdir.

Karena tanpa kita sadari saat kita sudah ada didalam satu titik berhenti dan percaya “saya tidak bisa karena mungkin ini sudah jadi takdir saya “disini sebaik nya anda berfikir kembali dan bangkit untuk semangat lagi maju lah sampai pada titik kesuksesan dan disaat x bergerak Y bergerak akan ada satu titik pertemuan disana lah kita tau bahwa kita bisa berjalan dan mengendalikan sesuatu sesuai dengan apa yang kita impikan dan kita bisa mengubah X (takdir) untuk berjalan mengikuti Y dan mereka bertemu pada titik yang kita inginkan dan saat itulah buah dari kesuksesan anda dari keberanian anda untuk tidak berkata SAYA TIDAK BISA..

Saya menulis semua kata-kata ini karena terinspirasi dari teman dekat,sahabat,pacar keluarga yang sering mengeluh dan tenggelam dalam kesedihan dan sulit untuk bangkit dan berkata TIDAK BISA.
Semoga sederet kata ini bermanfaat untuk kalian semua  . . . . . . . .



CIRI STUDY KASUS

1. Studi kasus bukan suatu metedologi penelitian,tetapi suatu bentuk studi (penelitian) tentang masalah yang khusus (particular).
2.  Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditunjukan perorangan /individual) atau suatu kelompok. Misalnya suatu kelas,kelompok profesional dan lain-lain.
3. Masalah yang di pelajari atau di teliti bersifat sederhana atau kompleks. Masalah yang sederhana misalnya anak yang mengalami peyimpangan perilaku. Masalah yang kompleks misalnya suatu periode (masa) kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, hal-hal yang menyebabkan rendah nya mutu pendidikan, hal-hal yang menyebabkan skizofrenia,dll.
4. Tujuan yang ingin di capai adalah pemahaman yang mendalam tentang studi kasus,atau dapat dikatakan untuk mendapatkan Verstehen bukan sekedar Erklaren (deskripsi suatu fenomena.
5. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi,walaupun studi dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. Studi yang dilakukan terhadap beberapa kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap,sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap satu kasus yang di pelajari lebih mendalam.
6. Terdapat 3 (tiga)macam tipe studi kasus,yaitu :
a)       Studi kasus instrinsik (instrinsik case study), apabila kasus yang dipelajari secara mendalam mengandung hal-hal yang menarik untuk di pelajari berasal dari kasus itu sendiri, atau dapat dikatakan mengandung minat instrinsik.
b)      Studi kasus instrumental (instrumental case study), apabila kasus yang di pelajari secara mendalam karena hasilnya akan di pergunakan untuk memeperbaiki atau menyempurnakan teori yang telah ada atau untuk menyusun teori baru. Hal ini dapat dikatakan studi kasus instrumental, minat untuk mempelajari nya berada diluar kasusnya atau minat eksternal.
c)      Studi kasus colektif (collective case study)  , apabila kasus yang di pelajari secara mendalam merupakan beberapa (kelompok) kasus,walaupun masing-masing kasus individual dalam kelompok itu di pelajari,dengan maksud untuk mendapatkan karakteristik umum,karena setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang bervariasi.
7. Hal – hal umum juga di pelajari dalam studi kasus,tetapi tetap fokusnya terarah pada hal yang unik. Untuk mendapatkan hal-hal yang unik dari data-data sebagaimana tersebut dibawah ini,harus di kumpulkan dan dianalisis,yaitu :
a)      Hakikat (the nature)kasus
b)      Latar belakang sejarah kasus
c)      Latar (setting)fisik
d)     Konteks dengan bidang lain : ekonomi,politik,hukum dan estetika.
e)      Mempelajari kasus-kasus lain yang berkaitan dengan kasus yang di pelajari
f)       Informan-informan yang dipilih adalah orang-orang yang mengetahui kasus ini
Untuk memperdalam wawasan pembaca, Baedhowi (2001 :94) mengemukakan yang mengacu pada Yin (1981) tentang perbedaan studi kasus instrinsik,studi kasus instrumental dan studi kasus kolektif :
-          Instrinsic case study : dilakukan untuk memahami secara lebih baik tentang studi kasus tertentu. Jadi pada kasus ini peneliti ingin mengetahui secara instrinsik mengenai fenomena,keteraturan dan kekhususan dari suatu kasus,bukan alasan eksternal lain nya.
-          Instrumental case study : merupakan studi terhadap kasus untuk alasan eksternal,bukan karena kita ingin mengetahui tentang hakekat kasus tersebut.
-          Collective case study : dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi terhadap fenomena atau popoulasi dari kasus tersebut. Jadi jenis kasus ke tiga ini ingin membentuk sebuah teori berdasarkan persamaan dan keteraturan yang di dapat dari setiap kasus yang diselidiki.



KELEMAHAN DAN KELEBIHAN STUDY KASUS

). Kelebihan Studi Kasus
a)      Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik,unik dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
b)      Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual,tetapi juga memberi nuansa,suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat.
2). Kelemahan Studi Kasus
Dari kacamata penelitian kualitatif,studi kasus di persoalkan dari segi validitas,reliabilitas dan generalilsasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif,yang bertujuan untuk mencari generalisasi.

STUDY KASUS

a.      Pengertian Studi Kasus
Menurut Stake (dalam Denzin & Linclon, 1994:236),studi kasus tidak selalu menggunkan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kualitatif. Stake,dalam membahas studi kasus akan menekankan pendekatan kualitatif,bersifat naturalistik,berbasis pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan merupakan pilihan metodologi,tetapi pilihan masalah yang bersifat khusus unutk di pelajari.
Selanjutnya Stake menjelaskan bahwa nama studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memfokuskan tentang apa yang dapat di pelajari secara khusus pada kasus tunggal. Penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari   dan bukan untuk mendapatkan generalisasi.
Lebih lanjut, Stake menjelaskan tentang identifikasi kasus bahwa kasus dapat bersifat sederhana tetapi dapat juga bersifat kompleks. Kasus dapat  bersifat tunggal misalanya hanya terikat dengan seorang anak,atau banyak memepelajari anak dalam masa kanak-kanak. Waktu yang di butuhkan untuk mempelajari dapat pendek atau panjang,tergantung waktu untuk berkonsentrasi. Setelah menentukan memepelajari suatu kasus,peneliti seyogyanya terlibat secara mendalam pada kasus tersebut.
  Stake mengidentifikasi adanya 3 tipe studi kasus.
-          Yang pertama studi kasus instrinsik ,yaitu studi untuk mendaptkan pemahaman yang lebih baik dari kasus yang khusus,hal ini disebabkan karena seluruh kekhususan dan keluarbiasaan kasus itu sendiri menarik perhatian. Tujuan studi kasus instrinsik bukan untuk memahami suatu bentuk konstruksi abstrak atau konstruksi fenomena umum seperti kemampuan membaca,penggunaan obat-obatan oleh remaja atau apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah. Tujuannya bukan untuk membangun teori,meskipun pada waktu lain peneliti mungkin mengerjakan hal tersebut. Studi dilakukan karena ada minat didalam nya . sebagai contoh anak luar biasa,konferensi,klinik,kurikulum.
-          Studi kasus yang kedua disebut studi kasus instrumental adalah kasus khusus yang diuji untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah (issue)atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Kasusnya dilihat secara mendalam,dalam konteksnya diteliti secara cermat,aktivitas-aktivitas untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci,karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar (minat Eksternal). Dasar pemilihan mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini diharapkan dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini disebabkan karena para peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat selalu berubah-ubah yang tidak membedakan studi kasus instrinsik dari studi kasus instrumental dan bertujuan memadukan keterpisahan di antara keduanya.
-          Studi kasus ketiga adalah studi kasus kolektif,yaitu peneliti terhadap gabungan kasus –kasus dengan maksud meneliti fenomena,populasi,atau kondisi umum. Ini bukan merupakan kumpulan studi instrumental yang di perluas pada beberapa kasus. Studi kasus kolektif memerlukan kasus –kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus di ketahui lebih dahulu untuk mendapatkan karakteristik umum. Kasus-kasus individual dalam kumpulan kasus-kasus tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama atau berbeda,masing-masing mempunyai kelebihan dan bervariasi.

LIE TO ME

FILM      : Episode 11 sesion 2
Judul     : Beat The Devil
Pemain :              1. Dr. Foster
                                2. Dr. Dezekis
                                3. Martin
                                4.  Mr. call
                                5. Ben renats
                                6. Valeri
Sinopsis film :
Ada perkumpulan doktor dan biasa di sebut dengan Dr. Lightman. Di salah satu universitas terdapat mahasiswa psikologi bernama Martin. Dr call pertama kali bertemu dengan martin di dalam acara perkuliahan yang di hadiri oleh beberapa mahasiswa disana. Disana Call memberi perintah kepada martin untuk menganalisa beberapa gambar dan menceritakan apa yang terjadi di dalam gambar tersebut. Setelah itu, martin dengan mudah nya menceritakan beberapa kejadian di dalam gambar tersebut yang menceritakan tentang pembunuhan dan penganiayaan terhadap seorang wanita. Martin dapat  dengan mudah menganalisa nya dan pada saat ini Call melihat ada  yang aneh pada diri Martin. Call menduga martin mengalami ganguan kejiwaan dan Call menduga bahwa martin terlibat di dalam pembunuhan tersebut.
Setelah melihat kejadian tersebut Call bersama dengan Dr.foster dan Dr. Dezekis ingin meneliti dan mengamati Martin lebih lanjut. Setelah diamati Call mendapati martin senang berkumpul dengan para wanita,bahkan wanita yang baru ia kenal. Saat itu mereka mencoba untuk mendatangi rumah Martin dan bertemu dengan Ibu martin. Dr call menanyakan beberapa pertanyaan mengenai Martin ketika martin masih kecil. Ibu martin menceritakan bahwa martin kecil berada dalam keadaan yang baik-baik saja dan bahagia. Dr. call tidak percaya dan ia memiliki beberapa dokumenter vidio kecil martin dan akhirnya mereka mengamati dan melihat ada yang berbeda disana. Martin kecil yang terlihat periang namun,jika di perhatikan ia menyimpan rasa iri dan dendam pada saudara wanita nya. Pada saat itu martin bermain dan tertawa di taman dan ketika ia duduk sendiri terlihat perubahan di wajah nya,tatapan mata yang tajam dan dahi mengkerut seperti melihat benci saudara wanita nya. Disini terlihat kebohongan atau kesalahan persepsi dari orang tua martin yang menganggap martin kecil selalu bahagia.
Akhirnya Dr.call menemui salah satu wanita yang menjadi korban dari kejahatan martin dan dia adalah valeri yang tidak lain adalah saudara wanita nya. Martin yang telah menganiaya valeri sehingga valeri mengalami Depresi berat,Kecemasan,gangguan komunikasi dengan orang lain. Valeri terlihat sangat syok dengan kejadian tersebut pandangan nya yang kosong ketika orang lain mengamati dan tiba-tiba histeris bila mengingat kejadian tersebut. Valeri di tenggelamkan di kolam dan di aniaya oleh martin semua dilakukan oleh martin karena ingin membunuh valeri. Martin dendam pada valeri karena dahulu ia ingin memiliki sepeda valeri. Akhirnya Dr.call mengkonfirmasi ke martin dan ia tak mengakui perbuatan nya terhadap valeri. Wajah nya yang datar dan polos seperti tak terjadi apa-apa namun dari mata nya terlihat bahwa ia melakukan hal tersebut. Martin yang tertawa menyiratkan bahwa ia melakukan hal tersebut dengan kesadaran nya dan seperti merasa bahagia karena dendamnya terbalaskan. Dan akhirnya mengakui perbuatan nya pada Dr.call dan ia pun menganiaya Dr.call dan ingin membunuh nya karena Dr.call sudah membuat nya mengakui hal tersebut. Akhirnya martin di tangkap oleh polisi ketika ia sedang menyandra Dr.call.








OBSERVASI DAN ANALISIS TOKOH FILM “LIE TO ME “
Subjek : Martin,Valeri,dan Dr.call
Martin yang terlihat menyimpan dendam dengan “menatap tajam dan menggerutkan dahi nya”melihat valeri yang sedang bermain sepeda. Mencerminkan bahwa martin menyembunyikan rasa tidak suka nya dan marah pada valeri karena martin ingin memiliki sepeda valeri. Martin yang selalu menyimpan dendam akhirnya timbul rasa ingin melukai valeri.
Martin yang “diam dan tatapan nya datar tanpa rasa bersalah “ ketika di mintai konfirmasi oleh Dr.call mengenai penganiayaan dan pembunuhan terhadap beberapa wanita. Disini “mengindikasikan bahwa martin dengan tenang tanpa rasa penyesalan dan seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan dan seakan membenarkan perlakuan nya terhadap para wanita dengaan alasan yang ia berikan “saya menyukai wanita yang kuat “ menurutnya wanita yang tahan terhadap penyiksaan nya adalah wanita yang kuat.
Valeri yang “tatapan nya kosong seolah tidak menyadari ada orang lain di sisi nya “ mengindikasikan valeri mengalami depresi yang berat. Dan saat valeri histeris ketika mengingat kejadian tersebut “ valeri berteriak dan menangis “ mengindikasikan bahwa valeri mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dan sangat trauma dan tak ingin mengingatnya dan ia sangat takut pada saat itu.
   Dr. call yang “menatap tajam,mata nya lurus menatap mata martin dan melihat martin dari atas kebawah” mengindikasikan bahwa Dr.call mencurigai martin dan yakin bahwa martin melakukan hal apa yang ia yakini bahwa martin benar telah melukai dan membunuh beberapa wanita.

TENTANG KEPEMIMPINAN DENGAN KEKUASAAN

  1. Tentang kepemimpinan yang Demokratik

Menurut Gastil (1994b)

Dari penelitian terhadap sejumlah kelompok besar dan kecil mendefinisikan kpemimpinan demokratis dengan ciri-ciri sebagai berikut :

· Adanya distribusi tanggungjawab kepada anggota

· Mampu mendorong dan meningkatkan kemampuan dan kemauan anggota,dan

· Membantu dan melancarkan proses pembuatan keputusan oleh kelompok

Kelompok itu sendiri di golongkan sebagai demokratis jika banyak,kebanyakan atau semua anggota nya dapat menjadi pemimpin,dan jika secara teratur ada pertukaran peran antara pemimpin dan anggota.

Menurut Galam dan Moscovici (1995)

Kekuasaan pemimpin dikatakan berasal dari konflik interent kelompok sehingga dibutuhkan tingkat kemampuan tertentu untuk mengkoordinasikan berbagai factor dalam kelompok. Ternyata pada titik kritis (konflik) tertentu terlihat bahwa ada beberapa jenis kekuasaan dalam kepemimpinan kelompok yaitu :

  • Kekuasaan kelembagaan (institusional)
  • Kekuasaan generatif (kesatuan dari berbagai factor)
  • Kekuasaan ekologikal (kekuasaan karena factor lingkungan)

Pada titik tertentu,kekuasaan institusional menghilang digantikan dengan kekuasaan generatif dan ekologikal.