Kamis, 14 Juni 2012

SEBERKAS CAHAYA RINDU

dia datang tanpa ada yang mengundang
dia pergi tanpa harus aku usirnya pergi jauh
aku diam tanpa kata dan kata setiap otak ini berfikir tentang kamu
aku termenung detik demi detik yang tak kutau berpa juta telah aku lewati


senyum berubah jadi beribu tawa
diam dan sepi aku senang
ramai dan risu aku tenang
jika aku tau itu adalah kamu yang datang


aku ingin berteriak tak kuasa
aku ingin menangis tak kusangka
semua bercampu menjadi apa yang tak kuduga
semua membuat aku tak mampu berkata


tuhan sampaikan padanya aku disini rindu tak terkira 

Client-Centered Therapy




Client centered theraphy merupakan istilah yang digunakan oleh Carl Rogers dalam metode terapi. Terapi ini merupakan metode yang terpusat pada klien, yaitu menitikberatkan peran konselor sebagai pendengar atau memberikan dorongan pada klien. Artinya, klien bertanggung jawab penuh atas proses terapi karena hanya klienlah yang paling mengertahui kondisi dirinya sendiri. Selain itu klien juga bertanggung jawab dalam segala proses perkembangan yang terjadi atas dirinya. Dengan demikian posisi konselor pada pendekatan ini adalah sebagai fasilitator.
Terapi client-centered Carl Rogers dilandasi beberapa asumsi tentang ciri khas manusia dan berbagai cara untuk memahaminya (Ford & Urban, 1963; Rogers, 1951, 1961 dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Asumsi-asumsi tersebut adalah:
a.       Manusia hanya dapat dipahami melalui titik yang menguntungkan dari persepsi dan perasaannya sendiri, yaitu dari dunia fenomenologisnya. Untuk memahami individu, kita harus melihat cara mereka mengalami berbagai peristiwa, bukan pada peristiwa itu sendiri, karena dunia fenomenologis setiap orang adalah penentu utama perilaku dan membuat orang tersebut unik.
b.      Manusia yang sehat akan senantiasa sadar dengan perilakunya. Dalam hal ini sistem yang dipakai Rogers sama dengan sistem psikoanalisis dan analisis ego, karena menitikberatkan pada keinginan untuk menyadari berbagai motif perilaku.
c.       Manusia yang sehat secara alami adalah baik dan efektif; mereka menjadi tidak efektif dan terganggu hanya bila terjadi pembelajaran yang salah.
d.      Manusia yang sehat akan memiliki tujuan dan diarahkan oleh tujuan tersebut. Mereka tidak merespons secra pasif terhadap pengaruh lingkungan atau terhadap dorongan dari dalam diri. Mereka mampu mengarahkan diri mereka sendiri. Asumsi Rogers ini lebih dekat dengan analisis ego daripada dengan psikoanalisis Freudian ortodoks.
e.       Para terapis semestinya tidak mencoba memanipulasi peristiwa bagi individu; namun sebaliknya mereka harus menciptakan kondisi yang akan memudahkan pengambilan keputusan secara independen oleh klien. Bila manusia tidak disibukkan dengan penilaian, tuntutan, dan preferensi orang lain, hidup mereka dipandu oleh suatu kecenderungan alami terhadap aktualisasi diri. 

Keterbatasan konseling multikultular


Keterbatasan konseling multikultular


          Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.

Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.

Konseling multikultural


                         Konseling  multikultural
Pengalaman Amerika Serikat dengan kondisi masyarakatnya yang bersifat multikultural dan tren perkembangan demografis yang mengarah pada konfigurasi budaya plural, telah mendorong berkembangnya layanan bimbingan dan konseling yang lebih bersifat generik. Penggunaan berbagai pendekatan dan teknik  diharapkan mampu memberikan layanan yang lebih efektif dalam kondisi pluralitas budaya. Dalam kaitan dengan bimbingan dan konseling pendekatan budaya ini sangat tepat untuk lingkungan yang berbudaya plural seperti Amerika Serikat dan juga di Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat Bhineka Tunggal Ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Di Amerika Serikat yang berbudaya pluralistik, dikembangkan pendekatan konseling yang disebut “multicultural counseling”. Paul B. Pederson (1991) menyebutkan “multicultural counseling” sebagai pendekatan generik dalam konseling. Pederson mengelompokkan multicultural counseling ke dalam  angkatan keempat dalam pendekatan konseling sebagai pelengkap dari  ketiga angkatan  pendekatan sebelumnya yaitu psychodynamic, behavioral, dan humanistic. Dikatakan selanjutnya bahwa sebutan multikultural mempunyai implikasi dalam rentang kelompok yang ganda (multiple) tanpa harus membuat derajat, bandingan, atau peringkat atau sebutan lebih baik atau lebih jelek antara satu dengan lainnya, serta tanpa mengabaikan adanya kenyataan saling melengkapi, dan perbedaan bahkan pertentangan satu dengan lainnya. Perspektif pendekatan multikultural memberikan kombinasi antara pandangan universalisme dan relativisme dengan memberikan penjelasan bahwa perilaku dipelajari dalam perspektif secara kultural yang unik,  dan mencari kesamaan landasan  antar  budaya. Dengan mengutip pendapat Brislin (1990), Pederson (1991) menyebutkan ada tujuh aspek budaya pada diri individu yaitu: (1) bagian jalan hidup yang digunakan orang, (2) gagasan yang diwariskan dari generasi ke generasi, (3) pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang berkembang menjadi nilai-nilai yang kemudian terinternalisasi, (4) sosialisasi anak-anak ke kedewasaan, (5) pola-pola konsep dan tindak secara konsisten, (6) pola-pola budaya yang dipelihara meskipun mungkin tidak sesuai, (7) rasa tidak berdaya atau kebingungan manakala terjadi perubahan pola-pola budaya.
  Courtland Lee seorang professor dalam bidang konseling multikultural berdasarkan pengalamannnya. dalam bidang multikultural, menyebutkan adanya lima kearifan yang dapat dijadikan landasan konseling yang berbasis multikultural  Kelima kearifan itu adalah: ”(1) Respect your client’s belief in the power of the healer, (2) Promote a holistic perspective, (3) Emphasize the psycholospiritual dimension of the client’s reality, (4) Adopt an active helping role, (5) Accept cultural difference as merely difference and not deviation”  

Rabu, 13 Juni 2012

Terapi Hubungan


                                                      Hubungan client dan konselor

Pada konseling berpusat pada pribadi (CCT) Rogers memiliki pandangan yang lebih optimistic, karena pandangannya setiap manusia memiliki tendensi spontan untuk berdiferensiasi, bertanggungjawab atas dirinya sendiri, menentukan jalan hidupnya sendiri, menjadi matang, dan bekerja sama dengan baik. Dengan kata lain secara kodrati memiliki motivasi dasar yang kuat dan terarah untuk mempertahankan, memperkaya, mengambangkan, serta mewujudkan diri sepenuhnya .
Hipotesis dalam CCT adalah bahwa didalam diri setiap manusia memiliki kesanggupan untuk merasakan dan mengerti apa yang sebenarnya menyebabka penderitaan dan melihat apa yang sebenarnya menyebabkan penderitaannya dan melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam dirinya yang dapat dipergunakan untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri. Atas dasar ini klient harus berinisiatif utuk mengatasi masalahnya sendiri dan menyembuhkan masalahnya sendiri. Berangkat dari fungsi tersebut hubungan konselor dan klient sebagai berikut :
a.      peran konselor dalam menjalin hubungan dengan kient dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan klient mampu menemukan konsep dirinya yang benar, yang sepadan dengan kodratnya.
b.      Proses perkembangan yang harus dimulai dan dibangkitkan sendiri oleh klient. Sedangkan konselor hanyalah katalisator dan fasilitator yang mempermudah proses perkembangan tersebut, melalui penciptaan relasi khusus yang memungkinkan klien mengubah sikap-sikap palsu yang telah dipelajari, sehingga secara bertahap dapat berkembang sebagai pribadi yang utuh dan otentik.
c.       Konsekuensi, konselor tidak boleh menciptakan relasi kekuatan yang dapat menjadikan anak menjadi binggung dan bergantung, tidak boleh mengontrol, memandang klient sebagai objek, dan banyak memberikan penafsiran.   
d.      Peran utama konselor adalah membantu menyesuaikan konsep diri dengan seluruh pengalamannya agar pengalamannya tidak dianggap sebagai ancaman terhadap konsep dirinya, tetapi sebagai suatu yang dapat diintegrasikan dalam sebuah konsep diri yang lebih luas.
e.      Konselor membantu mengembangkan semaksimal mungkin felling-selfnya, sehingga lebih luas, memadai dan sesuai dengan perasaan dan pengalaman-pengalaman organismiknya. 

Autistic disorder


                                                               Autistic disorder

A total six (or more) item from 1 2 3 with at least two from (1), and one each from (2), (3).

1.       Qualitative impairment in social interaction, as manifested by at lease two the following :
a.       Marked impairment in the use multiple nonverbal behaviors such as eye-to-eye gaze, facial expression, body postures, and gestures to  regulate social interaction.
b.      Failure to deveop peer relationship appoprite to developmental level.
c.       A lack of spontancous seeking to share enjoyment,  interest, or achivment, with other people (eg by a lack of showing, bringring, or ponting out object of interest.)
d.      Lack of social or emotional
2.       Qualitative impairment in communication as manifest by at laast one to the following :
a.       Delay in, or total lack of, the development of spoken language (not accompanied by an attempt to compensate through alternative modes of communication such as gesture or mime).
b.      In individuals with adequate speech, marked impairment in the ability to initiative or sustain a conversation with others.
c.       Stereotype and repentetive use of language or idiosyncratic language
d.      Lack of vaired, spontaneous make-belive play or social imitative play appropriate to developmental level
3.       Restrick repentatif and stereotype patterns of behavior , interest , aand activities, as manifested by at least one of the following :
a.       Encompassing preoccupation with one or more stereotype and restricted pattenrs of interest that is abnormal eithers in intensity or focus.
b.      Apparently inflexible adherence to specific, nonfunctional routines or rituals
c.       Stereotype and repetitive major mannerisms (eg hand or finger flapping or twisting, or complex whole – body movements )
d.      Persistent preoccupation with parts or objects
B. delay or abnormal functioning in at least one of the following areas, with onset prior to agee 3 years (1) social interaction, (2) language as used in social communication, or (3) symbolic or imaginativ e.

c. the disturbance is not better accounted for by retts disorder or childhood disintegrative disorder.

Jumat, 01 Juni 2012

Price tag


Jessie J]
Seems like everybody's got a price,
I wonder how they sleep at night.
When the tale comes first,
And the truth comes second,
Just stop, for a minute and
Smile

Why is everybody so serious!
Acting so damn mysterious
You got your shades on your eyes
And your heels so high
That you can't even have a good time.

[Pre-chorus]
Everybody look to their left (yeah)
Everybody look to their right (ha)
Can you feel that (yeah)
Well pay them with love tonight...

[Chorus]

It's not about the money, money, money
We don't need your money, money, money
We just wanna make the world dance,
Forget about the Price Tag

Ain't about the (ha) Cha-Ching Cha-Ching.
Aint about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling
Wanna make the world dance,
Forget about the Price Tag.

[Jessie J - Verse 2]
We need to take it back in time,
When music made us all UNITE!
And it wasn't low blows and video Hoes,
Am I the only one gettin'... tired?

Why is everybody so obsessed?
Money can't buy us happiness
Can we all slow down and enjoy right now

Guarantee we'll be feelin
All right.

[Pre-chorus]
Everybody look to their left (yeah)
Everybody look to their right (ha)
lyricsalls.blogspot.com
Can you feel that (yeah)
Well pay them with love tonight...

[Chorus]

[B.o.B]
Yeah yeah
well, keep the price tag
and take the cash back
just give me six streams and a half stack
and you can keep the cars
leave me the garage
and all I..
yes all I need are keys and guitars
and guess what, in 30 seconds I'm leaving to Mars
yes we leaving across these undefeatable odds
its like this man, you can't put a price on the life
we do this for the love so we fight and sacrifice everynight
so we aint gon stumble and fall never
waiting to see, a sign of defeat uh uh
so we gon keep everyone moving their feet
so bring back the beat and everybody sing
it's not about...

[Chorus x2]

[Jessie J -Outro]
Yeah yeah
oo-oooh
forget about the price tag
[End]

secarik cerita tentang kita >>>


SEMUA TENTANG SAHABAT PART 1

Pertama malu gara-gara kita baru kenal,
Kedua nya kita mulai senyam – senyum gak karuan biar kenal
Ketiganya kita mulai berjabat tangan sebagai tanda perkenalan
1 2 dan 3 kata mulai kita keluarin untuk berbasa-basi modal perkenalan dari hal basi dan gak jelas dan juga gak penting pura-pura sebagai alat memancing kedekatan.
Ke empat mulai 456 paragrah tpoik bicaraan
Kelima mulai chat-chat dan wall-wallan di dunia facebook
Akhirnya kita semakin dekat dengan mereka yang awalnya bukan siapa-siapa dan gak begitu gw kenal. Semua berjalan seiring waktu dan membuat kita semakin dekat. Sering bercanda.tertawa terkadang juga sering adu ego. Semakin kita sering bersama membuat kita semakin tau kalo diatara kita mulai timbul rasa perhatian dan mau saling membantu dan kita merasa saling membutuhkan satu sama lain.
Tugas-tugas di kampus menjadi salah satu pengikat erat hubungan persahabat kita ini.
Awal yang mulanya gw pikir ini sulit namun,ketika ada mereka semua begitu terasa mudah dan indah ternyata.
Berbagai acara kita rencanaain yang sebanarnya berguna untuk menambah hubungan persahabat kita semkain erat namun, lagi-lagi hanya wacana hehehehe (mungkin karena kebanyakan pilihan kali yah). Yah what ever lah yang penting ada beberapa rencana yang udah tewujud tapi . . kebanyakan darinya adalah rencana dadakan tuh hehehehe.
Acara yang paling seru dan hamper setiap hari kita lakuin adalah KONGKO hahahaha gak tau sebutan dari mana dan siapa yang mengawali kata itu yang pasti ada lah diantara kita semua.
Oooo dari panjang lebar belum satupun yah yang gw kenanlin dan ini dia    . . ada May bay ( yang paling tua diantara kita dan paling banyak memnasehati kita kalo kita salah jalan atau kita ada masalah,dan yang paling rese hahahahaha dan dia dapet julukan TIM PENCARI FAKTA mungkin karena pengalamannya jadi dengan mudah dia mencerna apa yang terjadi diantara kita),lalu ada manusia gila 5 serangkai Falah,Hadi,Usber,Hadi,aris ( banyak hal yang seharusnya gak di ketawain malah jadi bahan objekan ketawaan buat mereka,solidnyanya mereka hehehehehehe terkadang membuat pipi gw tiba2 kram hahahahahaha), lalu ada Tika heemmmm yang selalu memnjadi objekan ejekan mereka dengan some people nya hahahahaha (kena terus dimana pun ada mereka dan tika ),lalu ada madam yang bergabung sebagai tim pencari fakta dengan tatapan matanya yang khas dan ketawanya yang penuh dengan arti hahahahahaah,ada duo pupung dan eep yang solid hehehehehehe di tutup oleh pasangan fenomenal hahahahahha mereka sering bilang duo RIBET gw dan soulmate gw,( enttah kenapa padahal gw dan dia meresa biasa ajah mungkin karena kita penuh dengan ekspresi X yah hahahahaha) dan masih banyak lagi teman2 kita karena  beda kelas dan punya kesibukan sendiri jadi jarang kongko dehh. . . .
Banyak banget hal gila yang pernah kita lewatin mulai dari darat,laut dan udara hahahahaha di darat ada aja ulahnya,di lautpun begitu ketika di ancol dan dipulau seribu dan di udara waktu kita di lift yang gak keluar2 karena kita sewa liftnya untuk mengantarkan kita menjelajahi lantai morgocity dari atas kebawah dari bawah keatas lagi (woy kapan selesainyya hahahahaha)

Oke cukup sekian ceritanya masih banyak lagi nanti kita lanjutin lagi yahhh


                                                       P : ‘’’ echa ‘’’

ciri - ciri penelitian kualitatif


 penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1). Mendasarkan Diri pada Kekuatan Narasi
Penelitian kualitatif mengungkap kompleksitas realitas sosial yang  ditelitinya, bertumpu pada kekuatan narasi. Peneliti berusaha mencari informasi dan menginterpretasikannya agar pembaca dapat memahami makna didalam keutuhan fenemona.
2). Studi dalam Situasi Alamiah (naturalistic Inquiri)
Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana fenomena tersebut ada. Penelitian ini membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan sesungguhnya dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan. Disini peneliti tidak memanipulasi penelitian melainkan melakukan studi terhadap pengajar autisme dan melihat bagaimana gambaran kecerdasan emosional dalam coping stress yang keseluruhannya dilihat dalam konteks alamiah (apa adanya).
3). Analisis Induktif
Metode penelitian kualitatif secara khusus berorientasi pada eksplorasi, penemuan dan logika induktif. Dikatakan induktif karena peneliti tidak membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaannya, melainkan memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri.
4). Kontak Personal Langsung : peneliti dilapangan
Kegiatan dilapangan merupakan aktivitas sentral dari sebagian besar penelitian kualitatif. Mengunjungi lapangan berarti peneliti mengembangkan hubungan personal langsung dengan orang yang diteliti, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti langsung melakukan kontak personal dengan subjek dan significant others I dan Significant other II. Peneliti melakukan tiga kali wawancara dan observasi dengan subjek, masing-masing dilingkungan sekolah luar biasa (SLB) dimana subjek bekerja.
5). Perspektif Holistik : pemahaman menyeluruh
Tujuan penelitian kualitatif adalah diperolehnya pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti. Pendekatan holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks, dan bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih bermakna dari pada penjumlahan bagian-bagian.


6). Perspektif Dinamis : perspektif perkembangan
Penelitian kualitatif melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang dinamis dan berkembang, bukan sebagai suatu hal yang statis dan tidak berubah dalam perkembangan kondisi waktu.
7). Orientasi pada kasus unik
Penelitian kualitatif yang baik akan menampilkan kedalam dan detail, karena fokusnya memang penyelidikan yang mendalam pada sejumlah kecil kasus. Kasus dipilih oleh peneliti sesuai dengan minat dan tujuan khusus yang diuraikan dalam tujuan penelitian.
8). Bersandar pada Netralitas – Empatis
Empati mengacu pada sikap peneliti terhadap subjek yang dihadapi dan diteliti, sementara netralitas mengacu pada sikap peneliti menghadapi penemuan penelitian. Komitmen peneliti hanya unutk memahami dunia apa adanya, dengan memperhatikan kompleksitas dan keragaman perspektif yang muncul, dan menyeimbangkan laporan baik melalui bukti yang menguatkan atau melemahkan. Disisi lain peneliti dapat mengadakan pendekatan terhadap subjek penelitiannya melalui sikap empatis, karena hanya dengan demikian ia akan dapat memperoleh data yang memang merefleksikan pemikiran dan penghayatan subjek penelitiannya.
9). Adanya Fleksibilitas Desain
Penelitian kualitatif tidak dapat secara jelas, lengkap dan pasti ditentukan diawal sebelum dilaksanakannya pekerjaan lapangan. Desain penelitian kualitatif memiliki sifat keluwesan dan akan berkembang sejalan dengan berkembangnya pekerjaan lapangan. Dalam hal ini pekerjaan lapangan yang di lewati peneliti adalah pengambilan data dari hasil wawancara dan observasi yang berasal dari subjek dan significant other I dan significant other II.


factor autisme


Faktor Penyebab Autisme
Menurut Danuatmaja (2003) ada beberapa factor penyebab autisme sebagai berikut :
(a). Gangguan sistem syaraf pusat
   Hasil penelitian oleh beberapa ahli dan Danuatmaja (2003) menyebutkan bahwa ada kelaianan di dalam otak pada anak autis. Banyak anak autis mengalami pengecilan pada bagian otak kecil, terutama pada lobus VI-VII. Seharusnya, dilobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje. Namun, pada anak autis purkinje sangat kurang hal ini menyebabkan produksi serotonin kurang sehingga menyebabkan keterlambatan dan kekacauan proses penyaluran informasi antar otak. Selain itu, ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi didalam otak sehingga emosi anak autism sering terganggu.
(b). Faktor genetika
Gejala gangguan autisme muncul akibat terjadinya kombinasi yang sangat banyak dari gen.
(c). Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah di temukan logam berat dan beracun pada banyak anak autisme. Diduga, kemampuan sekresi logam berat dari tubuh terganggu secara genetik. Penelitian selanjutnya menemukan logam berat seperti : arsenik (As), antimoni (Sb), kadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb) adalah racun otak yang sangat kuat. Pada tahun 2000 Sallie Bernard adalah seorang ibu yang memiliki anak gangguan autis menunjukan penelitiannya, gejala yang diperlihatkan anak-anak autis sama dengan keracunan merkuri. Dugaan ini dikuatkan dengan membaiknya gejala autis pada anaknya setelah melakukan terapi kelasi (merkuri yang dikeluarkan dari otak dan tubuh mereka). 

coping stress a factor ...


1.            Faktor-faktor dalam Coping Stress
Menurut Odgen (2004) ada beberapa faktor-faktor  yang dapat mempengaruhi pemilihan strategi coping stress, yaitu sebagai berikut :
(a)    Tipe masalah
Masalah pekerjaan lebih cenderung membangkitkan problem focused coping,  sedangkan masalah kesehatan dan masalah hubungan cenderung membangkitkan emotion focused coping Vitaliano (dalam Odgen, 2004).
(b)   Usia
Anak-anak lebih cenderung menggunakan problem focused coping Menurut Odgen   (2004).
(c)    Gender
Secara umum dipercaya bahwa perempuan lebih cenderung menggunakan emotion focused coping dan laki-laki cenderung menggunakan problem focused coping. Beberapa hasil penelitian menurut stone (dalam Odgen, 2004), memberi contoh bahwa pria lebih lengah dalam mengatasi dan melaporkan untuk mengarahkan suatu tindakan dari pada wanita.
(d)   Pengendalian (Controllability)
Orang cenderung menggunakan problem focused coping jika mereka percaya bahwa masalahnya sendiri dapat diubah. Sebaliknya, mereka lebih menggunakan emotion focused coping jika masalahnya dianggap berada di luar kendali.
(e)    Sumber yang tersedia (Available Resourse)
Coping stress yang di pengaruhi oleh sumber daya eksternal yang ada diluar individu. Sumber daya yang buruk dapat membuat orang merasa bahwa stressor kurang di kontrol oleh mereka yang mengakibatkan kecenderungan untuk tidak menggunakan problem focused coping.  

what is coping stress


Menurut Papalia, Olds, & Feldman (2009) coping stress  merupakan bentuk pemikiran yang  adaptif  atau perilaku yang bertujuan mengurangi, menghilangkan stres yang timbul dari berbahaya, kondisi  mengancam, atau menantang.
Menurut Ogden (2004) menyebutkan bahwa coping adalah segala sesuatu yang di lakukan oleh individu untuk menguasai situasi atau tuntutan yang menimbulkan stress. Coping stress  sebagai proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan)Sedangkan Menurut Safarino (1994) menyebutkan bahwa coping adalah proses dimana individu mengatasi kesenjangan yang di persepsikannya antara tuntutan dan sumber daya yang dinilai dalam situasi yang menimbulkan stress.
Mayers (1998)  coping stress  berarti  menghadapi masalah dan mengambil langkah untuk mencegah pengulangan dan segala usaha kognitif dan tingkah laku individu untuk menguasai, mengurangi, atau mentoleransi tuntutan-tuntutan yang melebihi kemampuan adaptasi individu. Tuntutan tersebut dapat berasal dari lingkungan atau dari dalam diri individu. Lebih lanjut Lazarus & Folkman (dalam domino, 2009) menyebutkan coping harus dipandang sebagai suatu proses. 

what is kualitatif research ???

sekedar tahu ......apa itu penelitian kualitatif >>>>>>>



Penelitian kualitatif menurut Sukmadinata (2005) adalah suatu penelitian yang ditunjuk untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran organisasi secara indivual maupun secara kelompok. Sedangkan menurut Basuki  (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar belakang (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan. 

contoh penulisan ilmiah


PENULISAN ILMIAH

Uji Perbedaan 2 Sampel Bebas

1. Manajemen Keuangan
Judul :
Perbedaan Sikap Nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dan Bogor terhadap rencana Akuisisi Bank Tabungan Negara

Rumusan Masalah :
Untuk menentukan program keuangan yang relevan, Manajer Keuangan ingin mengetahui apakah ada perbedaan sikap nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dan Bogor terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara. Sikap Nasabah di sini adalah sikap sangat setuju sampai dengan sikap sangat tidak setuju terhadap rencana akuisisi tersebut.

Pertanyaan Penelitian :
Apakah terdapat perbedaan sikap antara nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dengan nasabah Kantor Cabang Bogor terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara?

Hipotesis :
Ho Sikap nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara tidak berbeda dengan sikap nasabah Kantor Cabang Bogor.

Alat Analisis yang digunakan :
         Mann Whitney Test


2. Manajemen Produksi
Judul :
Perbedaan Sikap Konsumen di Kota Jakarta dan Depok terhadap Innovasi Produk Motor Smash.

Rumusan Masalah :
Untuk menentukan program innovasi produk yang relevan, Manajer Produksi ingin mengetahui apakah ada perbedaan sikap konsumen di kota Jakarta dan Depok  terhadap innovasi produk motor Smash. Sikap konsumen di sini adalah sikap sangat suka sampai dengan sikap sangat tidak suka terhadap innovasi tersebut.

Pertanyaan Penelitian :
Apakah terdapat perbedaan sikap antara konsumen di kota Jakarta dengan konsumen di kota Depok terhadap innovasi motor Smash?


Hipotesis :
Ho Sikap konsumen di kota Jakarta terhadap innovasi motor Smash tidak berbeda dengan sikap konsumen di kota Depok.

Alat Analisis yang digunakan :
         Mann Whitney Test

3. Manajemen SDM
Judul :
Perbedaan Sikap Staff Universitas Gunadarma Kampus Depok dan Kampus Kelapa Dua terhadap rencana penggunaan kartu absen.

Rumusan Masalah :
Untuk menentukan program SDM yang relevan, Manajer SDM ingin mengetahui apakah ada perbedaan sikap staff Universitas Gunadarma Kampus Depok dan Kampus Kelapa Dua terhadap rencana penggunaan kartu absen. Sikap Staff di sini adalah sikap sangat setuju sampai dengan sikap sangat tidak setuju terhadap rencana akuisisi tersebut.

Pertanyaan Penelitian :
Apakah terdapat perbedaan sikap staff Universitas Gunadarma Kampus Depok dan Kampus Kelapa Dua terhadap rencana penggunaan kartu absen?

Hipotesis :
Ho Sikap staff Universitas Gunadarma Kampus Depok terhadap rencana penggunaan kartu absen tidak berbeda dengan sikap staff di Kampus Kelapa Duaabang Bogor.

Alat Analisis yang digunakan :
         Mann Whitney Test

1. Manajemen Keuangan
Judul :
Perbedaan Sikap Nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dan Bogor terhadap rencana Akuisisi Bank Tabungan Negara

Rumusan Masalah :
Untuk menentukan program keuangan yang relevan, Manajer Keuangan ingin mengetahui apakah ada perbedaan sikap nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dan Bogor terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara. Sikap Nasabah di sini adalah sikap sangat setuju sampai dengan sikap sangat tidak setuju terhadap rencana akuisisi tersebut.

Pertanyaan Penelitian :
Apakah terdapat perbedaan sikap antara nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dengan nasabah Kantor Cabang Bogor terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara?

Hipotesis :
Ho Sikap nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara tidak berbeda dengan sikap nasabah Kantor Cabang Bogor.

Alat Analisis yang digunakan :
         Mann Whitney Test

1. Manajemen Keuangan
Judul :
Perbedaan Sikap Nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dan Bogor terhadap rencana Akuisisi Bank Tabungan Negara

Rumusan Masalah :
Untuk menentukan program keuangan yang relevan, Manajer Keuangan ingin mengetahui apakah ada perbedaan sikap nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dan Bogor terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara. Sikap Nasabah di sini adalah sikap sangat setuju sampai dengan sikap sangat tidak setuju terhadap rencana akuisisi tersebut.

Pertanyaan Penelitian :
Apakah terdapat perbedaan sikap antara nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok dengan nasabah Kantor Cabang Bogor terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara?

Hipotesis :
Ho Sikap nasabah Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Depok terhadap rencana akuisisi Bank Tabungan Negara tidak berbeda dengan sikap nasabah Kantor Cabang Bogor.

Alat Analisis yang digunakan :
         Mann Whitney Test