Sabtu, 03 November 2012

DESAIN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN ANOREXIA


 SISTEM PAKAR dan ANOREXIA
Pada kali ini, kita akan membahas tentang SISTEM PAKAR dan contoh desain dari SISTEM PAKAR  tersebut. Sebelum nya akan dibahas sedikit mengenai penjelasan apa itu system pakar.
Sistem pakar atau Expert System biasa disebut dengan “knowledge- based system” adalah program penasehat berbasis komputer yang mencoba meniru proses berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar dalam menyelesaikan masalah-masalah spesifik.
Sistem ini bekerja dengan menggunakan pengetahuan (knowledge) dan metode analisis yang telah didefinisikan terlebih dahulu oleh pakar yang sesuai dengan bidang keahliannya. Sistem ini disebut sistem pakar karena fungsi dan perannya sama seperti seorang ahli yang harus memiliki pengetahuan, pengalaman dalam memecahkan suatu persoalan. Sistem biasanya berfungsi sebagai kunci penting yang akan membantu suatu sistem pendukung keputusan atau sistem pendukung eksekutif.
Sistem pakar terdiri dari dua komponen utama yaitu: basis pengetahuan (knowledge base) dan alat pengambilan kesimpulan ( inference engine). Biasa pengetahuan didapat dari akumulasi pengetahuan pakar pada bidang tertentu.

ANOREXIA
Pengertian anoreksia nervosa menurut DSM-IV adalah “keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut.”
Anoreksia nervosa terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005)
Pada penderita Anorexia kadar serum leptin dalam anoreksia nervosa yang tidak dirawat adalah rendah (Eckert et al, 1998). Pada anoreksia nervosa juga dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan deksametason untuk mensupresinya. Kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan triiodotironin adalah rendah (Kiyohara et al, 1987). Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth factor 1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun. Pengurangan densitas tulang diobservasi pada pasien dengan anoreksia nervosa meningkatkan risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan sterois gonad dan peningkatan kortisol dan (Karlsson et al, 2000).
Pada pasien dengan tipe tertentu anoreksia nervosa, sering dilihat kadar serotonin total, yang menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat menyebabkan perbuatan kompulsif, atau mungkin menginhibisi pusat selera (Tecott, 1995).

FAKTOR PENYEBAB ANOREXIA
a.       Faktor Biologis
Opiat endogen mungkin berperan terhadap penyangkalan rasa lapar pada pasien anorexia nervosa. Penelitian pendahuluan menunjukan penambahan berat badan yang dramatic pada beberapa pasien yang diberikan antagonis opiate. Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimiawi, beberapa diantaranya juga ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason.
b.      Faktor sosial
Pasien anorexia nervosa menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah spesifik pada anorexia nervosa. Beberapa bukti menyatakan bahwa pasien anorexia nervosa memiliki hubungan yang erat tetapi penuh rintangan dengan orang tuanya dan dengan penyakitnya, cen derung menarik perhatian dari hubungan perkawinan yang tegang didalam rumah. Pasien dengan anorexia nervosa kemungkinan memiliki riwayat keluarga depresi, ketergantungan alhkohol, atau suatu gangguan makan.

PENANGANAN GANGGUAN MAKAN
Perawatan rumah sakit yang kadang dijalani dengan terpaksa, seringkali diperlukan untuk menangani pasien anoreksia agar asupan makanan pasien dapat ditingkatkan secara bertahap dan dipantau dengan teliti. Pada anoreksia, perlu untuk diberikan intervensi biologis dan psikologis.
A.    Penanganan biologis
Karena anoreksia nervosa sering kali komorbid dengan depresi, gangguan ini ditangani dengan berbagai antidepresan. Fluoksetin lebih memberikan hasil dibandingkan dengan plasebo untuk mengurangi makan berlebihan dan muntah, juga mengurangi depresi dan sikap yang menyimpang terhadap makanan dan makan. Sayanganya, hal itu tidak terlalu berhasil. Hanya memulihkan berat badan tanpa mengurangi gejala-gejala anoreksia.
B.     Penanganan psikologi anoreksia nervosa
Terapi bagi anoreksia secara umum diyakini sebagai suatu proses dua tahap. Tahap pertama, adalah tujuan jangka pendek yang membantu pasien menambah berat badan untuk mencegah komplikasi medis dan kemungkinan kematian. Program operant conditioning cukup berhasil untuk menambah berat badan dalam jangka pendek. Sedangkan tujuan jangka panjang memiliki dampak yang kurang bisa berhasil secara reliable dalam penanganan berat badan.
C.    Penanganan Medis
Dalam mengobati atau memberikan terapi pada kasus gangguan pola makan khususnya bulimia, dokter terkadang menggunakan obat antidepresi. Masih belum diketahui secara pasti mengapa obat tersebut bisa bermanfaat pada kasus-kasus tersebut. Namun kandungan zat fluoxetine pada obat tersebut ternyata bisa mengatur kadar serotonin dalam otak yang berfungsi mengatur suasana hati. ''Obat tersebut mengurangi tingkah laku impulsif dan mengurangi desakan untuk makan secara tak terkontrol (pada kasus bulimia),''

http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2009/06/mengenal-anoreksia-dan-bulimia.html
Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, Ann M. 2000. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Permata.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar