Selasa, 30 Oktober 2012

FEATURE ANALYSIS



1.      Definisi Analisis Fiture
Analisis fiture merupakan pendekatan lain yang menjelaskan bagaimana kita menyarikan informasi dari stimulus yang kompleks. Sebuah pendekatan terhadap problem bagaimana kita menyaring informasi dari stimuli yang rumit disebut pendekatan analisis fitur (feature analysis). Teori ini mendukung pernyataan bahwa persepsi pola merupakan pemrosesan informasi tahap lanjut (higher oder) yang didahului oleh langkah datangnya stimulus kompleks yang diidentifikasi berdasarkan tampang-tampang sederhananya serta oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana.
Dengan demikian menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen informasi visual.
Dalam sebuah level visual yang sederhana, sebuah kata dalam contoh berikut :
a)   Contoh PANAH
Tidak serta-merta diubah menjadi representasi definitif atau representasi visual dalam memori kita (misalnya, “sebuah batang berujung tajam yang ditembakkan dari sebuah busur” atau “à”). Tidak pula kata tersebut kita baca “panah”, atau kita persepsikan huruf-per-huruf (P-A-N-A-H), namun kita mendeteksi dan menganalisis fitur-fitur atau komponen-komponen dari masing-masing huruf. Huruf a dalam panah, sebagai contoh, bisa dipecah menjadi dua garis diagonal (/ \), sebuah garis horisontal (  ), sebuah ujung bersudut (^), dan sebuah alas yang terbuka (/  \), dan selanjutnya. Jika proses pengenalan terjadi berdasarkan analisis fitur (terdapat bukti-bukti kuat untuk mendukung gagasan ini), maka tahap-tahap paling awal dalam pemrosesan informasi sesungguhnya jauh lebih kompleks dari pada yang sebelumnya kita perkirakan.

Persepsi Pola Dan Gerakan Mata
Pendekatan langsung yang dilakukan terhadap feature analysis adalah observasi terhadap gerakan dan fiksasi mata. Riset mengenai hal ini mengasumsikan bahwa bila kita menatap pada tampang (feature) tertentu pada pola dengan waktu yang lama, berarti kita  sedang menyarikan atau memeras informasi yang lebih banyak daripada tampang (feature) yang hanya dipandang sekilas. Riset semacam ini telah dilakukan oleh Mackwoth (1965,1970) dan Yarbus (1967).

PANDEMONIUM

Pandemonium merupakan salah satu system atau metode dalam rokognisi pola (pattern recognition) yang menggunakan analisi tampang (feature analysis). Sistem ini merupakan salah satu cara untuk menggambarkan bagaimana terjadinya proses rekognisi (pengenalan kembali) atas pola-pola yang diindera oleh manusia.
System ini mengimajinasikan adanya serangkaian hantu (demon) yang berperan menganalisis pola-pola yang diindera. Masing – masing demon memiliki tugas yang berbeda-beda.

JENIS – JENIS DEMON DAN TUGASNYA

a)      Image Demon (ID)
Jenis hantu yang pertama, memiliki tugas yang paling sederhana, yaitu mencatat gambaran atau citra (image) sinyal eksternal.
b)      Feature Demon (FD)
Jenis hantu yang kedua, bertugas menganalisa. Masing-masing demon melihat ciri-ciri khusus pada pola, yaitu adanya garis-garis tertentu (misalnya: sudut, garis vertical, garis horizontal, kurva)
c)      Cognitive Demon (CD)
Jenis hantu ketiga, yang bertugas mengamati respon- respon dari feature demon (FD), bertanggungjawab mengenali pola. Setiap cognitive demon digunakan untuk mengenali sutu pola ( misalnya : satu CD mengenali A ; satu CD mengenali B dll). Bila suatu CD menemukan kecocokan tampang (feature) yang lain, maka teriakan- teriakan menjadi lebih keras.
d)     Decision Demon (DD)
Jenis hantu yang keempat, yaitu bertugas mendengarkan hasil pandemonium dari cognitive demon (CD), lalu decision demond (DD) memilih teriakan CD yang berteriak paling keras sebagai pola yang paling besar kemungkinan terjadinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar