Sabtu, 14 April 2012

GANGUAN AUTISME

Menurut capps dkk (Davinson, Neale, & Kring, 2006) menyatakan bahwa anak-anak dengan autisme yang memiliki keberfungsian tinggi menemukan bahwa meskipun anak-anak tersebut dapat menunjukan sedikit pemahaman terhadap emosi orang lain, mereka tidak sepenuhnya memahami mengapa dan bagaimana orang lain dapat merasakan berbagai emosi yang berbeda.
Pada dasarnya anak autisme bukan menarik diri dari masyarakat karena pada dasarnya mereka tidak pernah bergabung dengan sepenuhnya dengan masyarakat sejak awal.  Anak-anak dengan autisme mengalami masalah keterampilan sosial yang berat. Mereka jarang mendekati orang lain dan pandangan mata mereka seolah melewati orang lain atau membalikan badan (Hobson & Lee, 1998). Biasanya anak-anak yang berkembang secara normal menatap untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, anak-anak dengan gangguan autisme umumnya tidak demikian. Observasi terhadap perilaku bermain spontan dalam situasi yang tidak terstuktur mengungkaap bahwa anak-anak dengan autisme menggunakan waktu jauh lebih sedikit untuk melakukan permainan simbolik, seperti memainkan boneka (Sigman dkk, 1987).
Menurut Gopnik, Capps & Meltzolf (Davinson, Neale, & Kring, 2006) Beberapa anak autisme tampaknya tidak mengenali atau tidak membedakan antara orang yang satu dengan orang lain. Baru-baru ini beberapa peneliti berpendapat bahwa kelemahan “teori pikiran” pada anak autisme mencerminkan kelemahan utama dan memicu terjadinya berbagai jenis disfungsi sosial. Meskipun anak-anak autisme yang memiliki keberfungsian tinggi dapat belajar untuk mengerti pengalaman emosional seperti anak-anak normal menjawab soal-soal aritmatik yang sulit dengan mengupayakan dan mengkonsentrasikan upaya kognitifnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar